15 Nov 2022

TERNYATA INILAH DOSA KAUM TSAMUD

 


Kaum Tsamud ialah anak-anak Tsamud bin ‘Atsir bin Iram bin Sam bin Nuh. Mereka adalah anak-anak dari paman-paman Ád bin ‘audh bin Iram. Mereka tinggal di Hijir. Sebuah tempat di antara Syam dan Hijaz. Ketika Allah sWT telah menghancurkan Kaum ‘Ad dan kota Iram,  maka Allah menggantikan posisinya mereka dengan Kaum Tsamud. Mereka pun berkuasa dan berkembang menjadi sebuah peradaban baru yang Makmur dan Kuat. Namun mereka kufur terhadap nikmat Allah. Mereka berbuat kerusakan, dan menyembah berhala. Mereka adalah Bangsa Arab,

maka Allah SWT kemudian mengutus rasul-Nya, yaitu Nabi Sholih. Allah SWT berfirman dalam surat Al-A’raf ayat 73, wa ilaa tsaamuda akhohum shaliha. Dia adalah Sholih bin ‘Ubaid biin ‘afir bin Tsamud. Maka ia pun kemudian berdakwah dan mengajak kaumnya untuk beriman kepada Allah dan tidak menyekutukannya dengan apa  pun.

Kisah Kaum Tsamud ini dimuat oleh Al-Qurán di dalam banyak tempat. Seperti surat Hud, As-Syu’ara, dan banyak surat lainnya. Maka Nabi Shalih pun berdakwah di tengah-tengah kaumnya, hingga setelah lewat 40 tahun berdakwah, dan kaum Tsamud belum juga beriman, Kaum Tsamud meminta bukti kenabian dari Nabi Shalih. Nabi Shalih lalu berkata, apa yang kalian inginkan? Kemudian mereka berkata, engkau pergi Bersama kami dalam perayaan.

Kaum Tsamud memang memiliki perayaan yang dalam satu hari tertentu mereka keluar dari rumah mereka Bersama-sama untuk memuja tuhan-tuhan mereka. Mereka berkata, di hari raya nanti kita keluar, kami memanggil tuhan kami, dan kau panggil Tuhanmu, kita lihat siapa yang panggilannya dijawab. Jika panggilanmu yang dijawab kami ikut agamamu, jika panggilan kami yang dijawab, kau ikut agama kami. Maka Nabi Shalih pun berkata, ya baik.

Maka mereka pun melaksanakan kesepakatan tersebut. Kaum Tsamud pun memanggil tuhan-tuhan mereka, mereka meminta tuhan-tuhan mereka agar tidak menjawab panggilan Nabi Shalih. Kemudian Junda’ bin Umar, salah seorang pembesar Kaum Tsamud berkata kepada Nabi Shalih, hai Shalih, keluarkanlah dari batu besar ini seekor unta betina yang sedang hamil. yang bagus yang halus bulunya, dan ada jambulnya. Kaum Tsamud pun berkata, ya betul, berikan kami seperti perkataan Junda’.

Mereka pun berkata, jika engkau lakukan itu, maka kami percaya padamu, kami beriman kepadamu, dan jika kamu tidak bisa, maka berhentilah mengajak kami beriman, karena kami tidak suka. Maka Shalih pun mengambil sumpah mereka dengan perkataan tersebut. Jika aku mampu melakukan itu, maka kalian sungguh harus beriman kepada Allah dan percaya padaku, maka Nabi Shalih pun berdoa kepada Tuhannya, dan meminta kepada Allah agar Allah mengeluarkan apa yang mereka minta itu.

Mereka pun memandang batu besar itu, Ketika Nabi Shalih berdoa kepada Tuhannya, batu itu bergoyang seperti unta yang melahirkan anaknya. Maka muncullah unta seperti yang mereka minta. Seekor unta dengan bentuk yang sangat sempurna dan besar. Disebutkan bahwa lebarnya dari satu sisi ke sisi yang lain 122 zira’. Satu zira’ kurang lebih sama dengan setengah meter. Jadi unta ini besar sekali, lebarnya sekitar 61 meter. Unta besaar itu pun berjalan di tengah-tengah Kaum Tsamud kemudian bergerak mencari rumput. Maka Nabi Shalih berkata, sebagaimana diabadikan dalam Al-Qur’an surat Al-Hud ayat 64:

hazihi naqotullahi lakum ayah, fazaruha ta’kul fi ardhillah wala tamassuha bisu’ faya’khuzakum ‘azabun alim.

ini adalah Unta Allah sebagai bukti bagi kalian.

Maka biarkanlah ia berjalan dan makan di tanah Allah. Dan jangan kalian berbuat buruk kepadanya. Jika kalian lakukan, kalian akan ditimpa azab yang pedih. Unta ini pun diberi minum oleh Kaum Tsamud. Ketika unta ini minum tubuhnya membesar, dan minumnya sangat banyak, dia terus minum hingga kenyang. Unta ini digembala satu hari, dan dia minum di hari yang lain. Dan saat waktunya tiba, unta tersebut mengeluarkan susu yang sangat banyak. Susunya mengalir deras, dan Kaum Tsamud menampung semuanya di dalam wadah dan bejana. Susu ini pun dibagikan secara adil kepada semua Kaum Tsamud.

Allah SWT berfirman, dalam surat al-Qomar ayat 28: wa nabbi’hum annal maa’a qismatun bainahum, kullu syirbin muhtadhor.

Dan beritahu mereka, bahwa airnya akan dibagikan kepada mereka, setiap kelompok akan kebagian (kebagian memberi air dan kebagian susu).

Susu yang dikeluarkan unta betina ini sangat banyak dan Sama jumlahnya dengan air yang dia minum. Maka berimanlah Junda’ bin Umar dan juga Sebagian kaumnya dari keluarganya. Para bangsawan dan pembesar Kaum Tsamud juga ingin beriman, namun dilarang oleh Dzawab bin Amru bin Basyar dan Al-Habbab, yang memiliki banyak berhala, dan 22=2ubab bin Som’ir, yang merupakan seorang dukun. Mereka adalah para pembesar, dan mereka pun memaksa Kaum Tsamud yang sudah masuk islam untuk Kembali murtad. Meskipun demikian tetap ada orang-orangn yang beriman dari Kaum Tsamud dan setia menemani dakwah Nabi Shalih.

Akhirnya Unta tersebut tetap hidup di tengah-tengah Kaum Tsamud. Namun ada beberapa orang yang tidak suka dengan Unta tersebut. Karena Unta tersebut minum air sangat banyak, sehingga hewan-hewan ternak menjadi takut dan tidak bisa minum. Hal ini membuat Sebagian kaum Tsamud merasa bahwa keberadaan Unta betina besar itu merugikan hewan-hewan ternak mereka. Padahal mereka juga menikmati air susu yang banyak dari Unta betina tersebut. Maka sekelompok orang dari Kaum Tsamud membuat rencana untuk membunuh Unta tersebut.

Yang merencanakan pembunuhan unta ini antara lain adalah dua orang perempuan jahat yang ada di dalam Kaum Tsamud, mereka adalah ‘anizah binti ghonam dia adalah istri dari dzawab bin umar, dia adalah perempuan tua yang memiliki banyak anak-anak perempuan cantik. dan satu lagi ialah Shoduq binti Muhiya dia adalah perempuan kaya dan salah satu yang paling memusuhi Nabi Shalih. Sebenarnya Shoduq binti Muhiya memiliki suami yang baik Shonim bin Harawah. Dan Shonim bin Harawah ini beriman kepada Nabi Shalih.

Kemudian Shoduq bin Muhiya marah dan bercerai dengan suaminya. Suaminya mengajak Shoduq binti Muhiya beriman namun dia menolak. Dua perempuan inilah yang membuat rencana untuk membunuh unta ini. Maka mereka berdua pun mencari orang-orang yang bersedia untuk membunuh unta tersebut. Orang-orang yang diminta membunuh unta tersebut, Sebagian ditawari harta, dan Sebagian lagi ditawari anak perempuan ‘Anizah binti Ghonam yang cantik.

Maka ada dua orang yang bersedia untuk membunuh unta tersebut, yang pertama bernama Mushda’ bin Dabrij, dan yang kedua bernama Qozar bin Salif. Mereka berdua datang ke tempat Anizah binti Ghonam dan Shoduq binti Muhiya, dan disuguhi khamr. mereka beralasan bahwa hari itu ialah hari datangnya Unta ke tempat mereka, maka mereka tidak punya air. Qazar dan Musda’ lalu meminta agar khamrnya ditambah, dan mereka sudah semakin yakin untuk membunuh unta tersebut dan mereka pun minum khamr sampai mabuk, lalu keluar rumah untuk membunuh unta betina besar itu.

Saat mereka berjalan menuju unta betina itu, ada 7 orang dari Kaum Tsamud yang ikut membantu mereka. Maka total berjumlah 9 orang. Allah SWT berfirman, dalam surat An-Naml ayat 48, wa kana fil madinati tis’atu rotiy yufsiduna fil Ardh wa la yuslihun. Saat itu di dalam kota ada 9 orang yang berbuat kerusakan di bumi, dan mereka tidak berbuat kebaikan. Maka mereka pun saling membantu membunuh unta betina besar tersebut. Musda’ dan Qazar membuntuti unta betina itu, kemudian mereka bersembunyi di balik batu besar, dan saat untanya lewat, mereka pun memanah unta tersebut hingga kakinya terluka. Unta itu pun terjatuh kesakitan. Lalu mereka menusuk perutnya, dan dari perut unta betina yang hamil itu keluar anaknya, anaknya pun berlari. Ada yang mengatakan anak unta tersebut juga dibunuh Bersama ibunya, ada punya yang berpendapat anak unta tersebut pergi dan menghilang dan tidak ada yang tahu ke mana ia lari.

Saat Nabi Shalih tahu tentang kejadian tersebut, ia pun berkata kepada kaumnya, “Kalian telah berbuat tidak sopan terhadap kehormatan Allah, Aku beri kalian kabar gembira tentang datangnya Azab dan musibah dari Nya”. Mereka menyembelih unta tersebut di hari rabu, kemudian Nabi Shalih berkata, “pada hari kamis kalian akan bangun dan tubuh kalian berwarna kuning, kemudian pada hari jum’at tubuh kalian akan berwana merah, dan pada hari sabtu tubuh kalian akan berwarna hitam, dan hari selanjutnya (hari ahad) kalian akan menemui azab’’. Allah SWT berfirman dalam surat Hud ayat 65: tamatta’u fi darikum tsalatsata ayyam, dzalika wa’dun ghoiru makzub.

Bersenang-senanglah di rumah kalian 3 hari, itu adalah janji yang tidak diingkari. Setelah mendengar kabar tentang azab tersebut dari Nabi Shalih, sembilan orang itu malah marah dan hendak membunuh Nabi Shalih, “Kalau benar, kita percepat saja azabnya, kalau dia bohong, kita bunuh dia agar dia merasakan apa yang dirasakan untanya”. Mereka pun mendatangi rumah Nabi Shalih, dan Nabi shalih dilindungi oleh pengikutnya. Pengikutnya juga membawa senjata, sehingga  mereka pun akhirnya pulang.

3 Hari selanjutnya mereka melihat tubuh mereka berubah warna sebagaimana yang dikatakan Nabi Shalih. Maka mereka pun merasa yakin bahwa azab akan datang. Saat malam menjelang hari datangnya azab, Nabi Shalih dan pengikutnya keluar dari Hijr Negeri Kaum Tsamud, dan mereka pun pergi menuju ke Syam. Saat hari turunnya azab tiba, diriwayatkan bahwa Kaum Tsamud sudah yakin bahwa azab akan datang pada hari itu, mereka pun bersiap-siap untuk mati dengan mengkafani tubuh mereka dan mengoleskan balsam untuk mengawetkan tubuh mereka. Maka datanglah azab yang dijanjikan.

Allah SWT berfirman, dalam surat Al-Qomar ayat 31, Inna Arsalna ‘alaihim shoihataw wahidatan fakanu kahasyimil muhtazhir.

Sesungguhnya kami mengirimkan kepada mereka satu tiupan, maka mereka pun menjadi seperti batang-batang pohon yang patah, kering dan mati.

Ada beberapa pendapat tentang azab yang menimpa kaum Tsamud. Al-Khotib Al-Baghdadi berpendapat bahwa azab kaum Tsamud ialah api yang keluar dari tanah. Maka mereka pun mati di tempatnya masing-masing, Allah SWT berfirman dalam surat Al-A’raaf ayat 91:

faashbahu fi darihim jatsimin, maka pagi harinya, mereka menjadi mayat di dalam rumah mereka. Diriwayatkan pula oleh Al-Khotib Al-Baghdadi,

bahwa ada satu orang yang selamat dari Kaum Tsamud bernama Abu Righal. Dia selamat karena pada hari itu dia sedang berada di Tanah Haram. Dan saat dia pulang, dia pun terkena azab yang sama dengan Kaumnya. Setelah azab selesai, Ada yang berpendapat bahwa Nabi Shalih pergi ke Mekkah dan tinggal di sana hingga wafat, dan dimakamkan di Hajar Aswad. Demikianlah teman-teman sekalian, Azab yang Allah siapkan bagi hambanya yang kufur dan menantang kebesaran Allah SWT

Oleh: Dr. Mohammad Izdiyan Muttaqin, Lc. M.Pd.

Sumber: Tarikh Anbiyah karya Al-Khotib Al-Baghdadi

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

0 comments:

Posting Komentar

Contact

Talk to us

Anda dapat menghubungi Mohammad Izdiyan Muttaqin melalui beberapa cara berikut.

Address:

DD Ross Village 1 Blok E5 Jl. Tanjung, Rt 04 Rw 05 Padurenan, Kec. Gn. Sindur, Kabupaten Bogor, Jawa Barat 16340

Work Time:

Monday - Friday from 9am to 4pm

Phone:

+6281311448187

Flickr Images