24 Agu 2023

Kejeniusan Khalid bin Walid 3000 Muslim mengalahkan 200.000 Kafir: Inilah Perang Mu'tah


Sebuah pertempuran yang legendaris. Dalam pertempuran ini pasukan muslim menghadapi pasukan yang jumlahnya 70 kali lipat dari jumlah mereka. Yang artinya satu orang muslim harus berhadapan dengan 70 orang kafir. Pertempuran ini menjadi saksi bagi salah satu strategi dan taktik perang paling fenomenal dalam sejarah manusia. Dalam perang ini pasukan muslim dipimpin oleh pedang Allah yang terhunus Saifullah Al maslul, Khalid bin Walid. Inilah peristiwa penghancuran kekaisaran Romawi. 

Sebelum kita berbicara lebih jauh tentang peristiwa mu'tah kita harus mengenal dulu sosok yang sangat penting di dalam peristiwa ini yaitu Khalid bin Walid. Karena keberadaan Khalid bin Walid menjadi salah satu penentu bagi kemenangan umat Islam tentu saja setelah karunia Allah subhanahu wa ta'ala. Kisah Khalid bin Walid dimulai sejak peristiwa perjanjian hudaibiyah pada tahun ke-6 Hijriyah. Dalam perjanjian hudaibiyah umat Islam dan kafir Quraisy menyatakan kesepakatan untuk melakukan gencatan senjata selama 10 tahun. Setelah berlangsungnya gencatan senjata selama 1 tahun Khalid bin Walid mulai berpikir untuk masuk Islam. Khalid bin Walid ingin masuk Islam setelah melihat saudaranya Walid bin Walid masuk Islam terlebih dahulu sebelum dirinya. Walid bin Walid mengirim surat kepada Khalid dan menyatakan dalam surat tersebut bahwa Rasulullah shallallahu alaihi wasallam menanyakan tentang dirinya dan juga umat Islam seluruhnya menanti Khalid bin Walid dan sangat berharap agar Khalid bin Walid bisa mendapatkan hidayah Islam dari Allah subhanahu wa ta'ala. Kholidin Walid sangat senang dengan kabar gembira yang ada dalam surat tersebut maka Khalid bin Walid pun segera berangkat menuju Madinah untuk menghadap kepada Rasulullah shallallahu alaihi wasallam dalam perjalanan Khalid bin Walid bertemu dengan sahabatnya Amru bin Ash yang juga ingin masuk Islam dan hijrah ke Madinah maka keduanya pun berangkat bersama dan menyatakan keislaman mereka di hadapan Rasulullah shallallahu alaihi wasallam. Di masa gencatan senjata tersebut nabi Muhammad shallallahu alaihi wasallam menggunakan kesempatan itu untuk menyebarkan surat kepada bangsa-bangsa di sekitar Madinah yang berisi ajakan untuk masuk Islam. Maka raja-raja yang ada di sekitar Mekkah dan jazirah Arab pun menerima utusan nabi Muhammad dan menerima surat yang dikirimkan oleh nabi Muhammad shallallahu alaihi wasallam sebagian dari mereka ada yang masuk Islam seperti penguasa Yaman dan raja Habasyah. Bahkan nabi Muhammad shallallahu alaihi wasallam juga melaksanakan salat jenazah gaib saat kematian menjemput raja habasyah yang bernama najasyi. Sebagian raja memperlakukan utusan nabi Muhammad secara diplomatis seperti raja Mesir muqauqis yang mengirimkan hadiah kepada nabi Muhammad shallallahu alaihi wasallam meskipun dia tidak menyatakan keislamannya. Ada pula yang menolak dengan sangat keras dan merobek surat nabi Muhammad seperti kaisar Persia. Bahkan ada pula yang membunuh utusan nabi Muhammad yaitu penguasa gasaSina yang merupakan kerajaan Arab yang dilindungi oleh kekaisaran Byzantium. Sahabat nabi Muhammad yang dibunuh oleh penguasa gasasina ialah Al Haris Ibnu Umair. Pembunuh nya ialah seorang penguasa bernama Syrahbil Ibnu Umru. Peristiwa itu terjadi di dekat desa mu'tah yang sekarang merupakan bagian dari kerajaan Yordania. Pembunuhan terhadap sahabat nabi tersebut merupakan sebuah pengumuman perang dari Bizantium. Setelah peristiwa tersebut perang terus berlangsung antara Bizantium dan umat Islam selama hampir 1000 tahun sampai nantinya berakhir dengan kemenangan Sultan Muhammad Al Fatih yang berhasil menduduki konstantinopel tahun 1453 Masehi. Ketika nabi Muhammad mengetahui adanya peristiwa pembunuhan terhadap sahabat beliau Al Haris Ibnu Umair Maka beliau pun menyiapkan pasukan yang jumlahnya sebanyak 3000 prajurit. Nabi Muhammad pun mengirim pasukan tersebut menuju desa mutah yang merupakan bagian dari wilayah Ghasasinah. Setelah mendengar bahwa nabi Muhammad menyiapkan pasukan untuk memerangi Ghasasinah maka penguasa bosashina pun menyiapkan pasukan sejumlah 100.000 prajurit. Penguasa bahasa Cina kemudian meminta bantuan pasukan dari heraklius kaisar Bizantium maka hendak lius pun mengirimkan pasukan bantuan sebanyak 100.000 prajurit di bawah kepemimpinan saudaranya Theodor. Maka pasukan yang terkumpul ialah sejumlah 200.000 prajurit di bawah kepemimpinan Theodore saudara dari kaisar Byzantium heraklius. Begitu mendengar tentang besarnya jumlah pasukan Byzantium pasukan muslim pun bermusyawarah mereka harus memilih antara  mundur dan kembali ke Madinah, atau menetap di mu'tah dan bersiap menghadapi pasukan Byzantium. Atau para sahabat juga mulai berpikir untuk meminta pasukan bantuan kepada Rasulullah shallallahu alaihi wasallam meskipun tentu saja jumlah umat muslim saat itu tidak cukup banyak dan belum bisa menandingi jumlah pasukan Byzantium. Percakapan para sahabat terhenti sejenak ketika salah seorang pemimpin pasukan muslim Abdullah Ibnu Rowahah berdiri dan kemudian dia berkata wahai kaumku, demi Allah sesungguhnya yang kalian benci adalah yang kalian cari yaitu mati syahid. Kita tidak berperang dengan jumlah tidak pula dengan kekuatan dan tidak pula dengan banyak nya pasukan. Tetapi kita memerangi mereka dengan agama ini yang Allah muliakan kita dengannya. Maka berangkatlah karena sesungguhnya peperangan ini hanyalah antara dua kebaikan, antara kemenangan dan mati syahid. Para sahabat pun menjadi bergembira setelah mendengar kata-kata tersebut dan bertakbir. Mereka pun membulatkan tekad mereka untuk berjuang memerangi kekaisaran Romawi Byzantium. Maka dapatkah anda bayangkan 3000 prajurit berhadapan dengan 200.000 prajurit. Pasukan muslim bukan hanya kalah dalam jumlah prajurit namun tentu saja pasukan Romawi juga dilengkapi dengan persenjataan lengkap dengan teknologi persenjataan paling modern, dan Masih diperkuat lagi dengan jubah perang yang paling kuat pada masanya. Sedangkan pasukan muslim tentu saja tidak memiliki persenjataan modern dan selengkap pasukan Romawi. Meskipun meskipun demikian pasukan Muslim tidak gentar mereka membuat pos militer di Mekah dan umat Islam membagi pasukan menjadi tiga bagian pasukan kiri pasukan kanan dan pasukan tengah pasukan tengah saat itu dipimpin oleh Zaid bin haritsah. Di belakang pasukan Zaid bin haritsah ada Ja'far bin Abi Thalib dan Abdullah Ibnu rawahah yang siap menopang dan mendukung pasokan tengah yang dipimpin oleh Zaid bin haritsah. Hal itu sudah ditetapkan oleh nabi Muhammad shallallahu alaihi wasallam bahwa ketika bendera pasukan muslim sudah jatuh dari tangan Zaid bin haritsah maka Ja'far bin Abi Tholib dan Abdullah Ibnu Wahab harus bersiap-siap menerima bendera tersebut dan melanjutkan pertempuran. Sementara itu Khalid bin Walid menjadi prajurit yang berada di dalam pasukan tengah. Sedangkan Theodor dia membagi pasukan menjadi pasukan kiri pasukan kanan dan pasukan tengah Theodor memimpin sendiri pasukan tengah Biazantium. Ketika Theodor menyaksikan jumlah pasukan muslim yang sangat sedikit maka teori pun tertawa dan dia berpikir bahwa perang itu akan menjadi perang yang sangat mudah. Namun ternyata perang yang disangka mudah oleh Theodor tersebut dapat berlangsung sepanjang 1 Minggu. 


Ketika pasukan muslim melihat besarnya pasukan Romawi, sebagian dari mereka merasa ragu, Kemudian salah satu prajurit muslim, Tsabit bin Arqom berkata, kemenangan itu bukan karena jumlah, kemenangan itu hanya dari Allah, dan kalian bisa mengambil pelajaran dari Perang Badar. Para sahabat pun bertakbir dan menjadi bersemangat untuk memulai peperangan. Mereka pun telah siap untuk mati di jalan Allah. Keesokan harinya Zaid bin Haritsah memutuskan untuk melakukan serangan mendadak terhadap  pasukan Romawi. Pasukan muslim melakukan penyerangan dengan penuh semangat pasukan Romawi saat itu belum siap untuk menghadapi serangan maka mereka menggunakan semua senjata dan pedang yang mereka punya untuk melindungi diri mereka. Namun serangan mendadak yang dilakukan pasukan muslim sungguh sangat dahsyat dan di luar dugaan pasukan Romawi. Serangan mendadak tersebut menyebabkan kerugian sangat besar di dalam pasukan Romawi dan juga menimbulkan kekacauan yang sangat parah di dalam barisan pasukan Romawi. Maka seketika ejekan Theodor terhadap sedikitnya jumlah pasukan muslim segera berubah menjadi sebuah ketakutan dan kecemasan yang begitu besar di dalam hati pasukan Romawi. Pasukan muslim berhasil menghabisi seluruh barisan depan pasukan Romawi di waktu-waktu awal dari peperangan, Hal ini tentu saja mengagetkan pasukan Romawi. Saat itu barulah pasukan Romawi menyadari bahwa pasukan yang mereka hadapi memang berjumlah sedikit tapi mereka bukan pasukan biasa. Ketika hari sudah mulai gelap pasukan Romawi pun mundur Theodor takut apabila pasukan Romawi seluruhnya dihabisi oleh pasukan muslim. Karena itu tidur memutuskan untuk menarik mundur pasukannya untuk sejenak beristirahat dan bersiap-siap untuk pertempuran di hari selanjutnya. Pasukan Romawi pun kembali ke markas mereka dan saat itu mereka telah mengetahui bahwa yang mereka hadapi adalah sebuah pasukan yang memiliki mentalitas yang luar biasa dan berjuang dengan seluruh jiwa raga mereka. Malam itu pasukan Romawi akhirnya beristirahat sejenak hingga keesokan hari menjelang.


Di hari kedua pasukan muslim kembali melakukan serangan dadakan pasukan muslim menyerang pasukan Romawi saat pasukan Romawi belum siap untuk menghadapi pertempuran. Pertempuran di hari kedua lebih dahsyat dan lebih ganas daripada di hari pertama karena kedua pasukan berusaha sekuat tenaga untuk menunjukkan kekuatan mereka dan untuk menaklukkan musuh mereka. Dan kejadian di hari pertama terulang lagi pasukan muslim dengan penuh semangat berjuang di medan pertempuran dan menghabisi banyak pasukan Romawi ketika hari mulai gelap kedua pasukan pun kembali ke markas mereka masing-masing. Di hari-hari selanjutnya pertempuran terus berlanjut kedua pasukan menunjukkan seluruh kekuatan mereka dan terjadi pertempuran yang sangat dahsyat antara kedua pasukan hal ini berlangsung terus-menerus selama 6 hari selanjutnya. Di hari kelima pasukan Romawi sudah mulai hilang kesabaran Theodor sudah mulai mengetahui titik lemah pasukan muslim dan Theodore pun ingin menghabisi dan menyudahi peperangan dengan kemenangan dia memanfaatkan jumlah pasukannya untuk berusaha menyerang sisi lemah pasukan muslim dan dia hendak menyudahi peperangan di hari ke-6 dari rentetan perang mu'tah.. maka ketika fajar menyingsing pasukan Romawi melakukan penyerangan lebih dulu terhadap pasukan muslim dan terjadi peperangan yang sangat dahsyat antara kedua pasukan dan tanpa diduga panglima perang muslim saat itu yaitu Zaid bin Tsabit terkena tebasan pedang dan mati syahid kematian Zaid bin haritsah sebagai pemimpin pasukan dan juga pemegang bendera pasukan muslim akhirnya membuat para sahabat bersegera untuk mengambil bendera dan melanjutkan perjuangan maka Ja'far bin Abu Thalib pun segera maju ke depan dan mengambil bendera pasukan muslim dan melanjutkan peperangan dan Jafar pun berusaha menembus barisan pasukan Romawi. Kematian Zaid bin haritsah bukannya membuat pasukan muslim menjadi lemah dan takut namun pasukan muslim malah semakin maju dan menerjang barisan pasukan Romawi sedikit demi sedikit pasukan Romawi mulai terdesak dan mundur dan akhirnya pasukan muslim berhasil menembus celah yang ada di barisan pasukan Romawi dan pasukan muslim pun semakin mendekat ke jantung pertahanan pasukan Romawi hingga akhirnya pasukan muslim sudah semakin dekat dengan para pemimpin pasukan Romawi. Saat itu pasukan muslim pun sudah sangat dekat dan dalam posisi yang cukup dekat untuk bisa menghabisi pemimpin pasukan Romawi yaitu Theodore. . Saat itu ja’far bin Abi Thalib sudah sangat dekat dengan theodore, namun para prajurit Bizantium mengepung Ja’far dengan pengepungan yang sangat ketat, hingga akhirnya Ja’far pun terjatuh dari kudanya. Dan setelah jatuh, ja’far membunuh kudanya agar tidak dimanfaatkan oleh pasukan Bizantium. Dalam pengepungan yang sangat sulit tersebut, Ja’far pun terkena tebasan pedang, dan tangannya terputus. Ja’far yang kala itu memegang bendera Umat Islam akhirnya memegang bendera dengan tangan kirinya, dan tidak lama kemudian tangan kirinya pun terkena tebasan pedang dan bendera pasukan muslim pun terjatuh. saat itu Ja’far tidak menyerah, dia pun mendekap bendera pasukan muslim dengan kedua kaki dan dadanya. Maka bendera pasukan muslim tetap berdiri meskipun kedua tangannya telah putus. Saat itulah Ja’far melantunkan sya’irnya, “Wahai surga yang tersayang mendekatlah, dekat dan dingin air minumnya, Bangsa Romawi telah dekat azabnya, Kafir yang jauh nasabnya, jika aku bertemu dengan mereka maka aku harus memukul mereka”, dan dengan segera pasukan Romawi menerjang Ja’far bin Abi Thalib dengan pedang-pedang mereka. maka Ja’far bin Abi Thalib pun diangkat ruhnya dan wafat sebagai syahid. Saat itu Nabi Muhammad SAW sedang berada di Madinah dan tidak ikut perang, namun beliau dengan izin Allah mendapatkan mukjizat dari Allah, sehingga beliau mengetahui setiap hal yang terjadi di dalam perang, dan beliau ikut memantau perkembangan yang terjadi. Maka saat Ja’far wafat, beliau pun langsung memberikan kabar kepada para sahabat Nabi di Madinah, bahwa Ja’far telah mati syahid. Nabi Muhammad pun bersabda, bahwa Allah SWT telah mengganti kedua tangannya dengan dua sayap di surga. Karena itu Ja’far dijuluki dengan At-Toyyar, yang artinya Ja’far yang bisa terbang. Setelah kematian ja’far bin Abi Thalib, Abdullah bin Rawahah mengambil bendera pasukan muslim dan melanjutkan perjuangan sebagai pemimpin pasukan. Setelah kematian Ja’far dan banyaknya luka di tubuh beliau, semangat pasukan muslim mulai menurun. Maka setelah itu Abdullah bin Rowahah melantunkan Sya’ir untuk menumbuhkan kembali semangat juang pasukan muslim. Aku bersumpah, wahai jiwa jangan kau menurun. Jangan turun atau kau akan dipaksa untuk turun. mengapa aku melihatmu tidak menginginkan surga.  Telah lama engkau merasa tenang, bukankah engkau hanya sebuah titik dalam sebuah penyerangan. Wahai jiwa, jika engkau tidak terbunuh kau tetap akan mati, dan tanda tanda kematian telah mendekat. apa yang engkau inginkan telah diberikan. Jika engkau melakukan apa yang dilakukan oleh mereka berdua, yaitu Zaid dan Ja’far, maka engkau telah mendapatkan hidayah. Abdullah bin Rowahah pun bergerak maju menghadapi musuh sambil berteriak memanggil-manggil, al-jannah al-janah, surga, surga, di belakangnya Pasukan muslim menyambut teriakan Abdullah bin Rowahah dengan takbir. Pasukan Bizantium dan Ghosasinah pun kaget dengan dahsyatnya serangan pasukan muslim. Pasukan Bizantium pun mengepung Abdullah bin Rowahah dan menembakkan anak panah dari berbagai penjuru ke arah Abdullah bin Rowahah. hingga akhirnya Abdullah bin Rowahah dan kudanya tewas terbunuh, tubuh Abdullah bin Rowahah dipenuhi dengan luka dan anak panah. Abdullah bin Rowahah pun diangkat ruhnya sebagai syahid, dan bendera pasukan muslim jatuh di hadapannya. Merupakan mukjizat yang dimiliki Nabi Muhammad, bahwa beliau dapat menceritakan secara rinci perkembangan yang terjadi di dalam perang Mu’tah, Nabi Muhammad SAW bersabda, Zaid wafat, kemudian bendera dipegang oleh Ja’far, dan Ja’far terbunuh, kemudian Bendera dipegang oleh Abdullah bin Rowahah, kemudian Abdullah bin Rowahah terbunuh. kemudian bendera diserahkan kepada pedang yang merupakan salah satu pedang dari pedang-pedang Allah, saifun min suyufillah. dari sinilah julukan Khalid bin Walid muncul, karena dia disebut oleh Nabi Muhammad sebagai pedang Allah. Dan dalam banyak literatur dia disebut sebagai pedang Allah yang keluar dari sarungnya, Saifullah Al-Maslul. Ketika bendera terjatuh dari tangan Abdullah bin Rowahah, bendera tersebut diambil oleh Tsabit bin Arqam. Tsabit bin Arqam pun melihat para sahabat di sekelilingnya, dan di hadapannya dia melihat pahlawan dari kisah kita kali ini, yaitu Khalid bin Walid. Tsabit bin Arqam pun segera berlari menuju Khalid dan menyerahkan bendera kepemimpinan pasukan kepada Khalid bin Walid. Tsabit bin Arqam pun berkata, demi kami, ambillah bendera ini wahai Khalid. Khalid bin Walid merasa ragu, khalid bin Walid malu menerima bendera tersebut sementara di sekeliling ada banyak sahabat yang begitu luar biasa menunjukkan keberanian dan kesabaran mereka di medan pertempuran. Khalid merasa malu karena di sekelilingnya ada banyak sahabat yang kebanyakan sudah lebih dulu masuk islam daripada Khalid bin Walid. Maka Khalid pun menolak untuk menjadi pemimpin bagi para sahabat tersebut. Namun sebagian besar para sahabat mendesak Khalid untuk mengambil alih kepemimpinan pasukan. Para sahabat bersepakat bahwa saat itu Khalid adalah orang yang paling pantas dan layak untuk memimpin pasukan. Meskipun Khalid saat itu baru masuk islam selama tiga bulan. Maka akhirnya Khalid bin Walid pun mengambil alih kepemimpinan pasukan muslim. Kala itu Khalid menyadari bahwa perang yang terjadi saat itu merupakan perang yang sangat sulit, dan kemenangan hampir mustahili didapatkan oleh pasukan muslim, kecuali dengan pasukan bantuan dari Madinah. Itu dikarenakan begitu besarnya pasukan Romawi. Karena pasukan muslim berperang di wilayah kekaisaran Romawi, maka tidak menutup kemungkinan pasukan Romawi dapat datang kapan saja mendatangkan pasukan bantuan dengan jumlah yang bisa jadi sangat besar jumlahnya. Maka Khalid pun merencanakan sebuah recana penarikan pasukan yang paling jenius dalam sejarah Dunia. sebuah teknik yang masih dipelajari dan diteliti sampai hari ini di berbagai sekolah-sekolah kemiliteran, seperti di Jerman, Amerika, Mesir, dan berbagai Negara lainnya. Sebelum melakukan penarikan pasukan, Khalid bin Walid ini memastikan bahwa pasukan Romawi mendapatkan kerugian besar dari perang Mu’’tah ini, maka Khalid bin Walid memerintahkan pasukannya untuk melakukan penyerangan dengan kekuatan penuh, dan pasukan muslim pun melakukan penyerangan yang sangat dahsyat terhadap pasukan romawi. Peperangan pun semakin sengit antara kedua pasukan. Pasukan romawi pun kaget dengan semangat juang pasukan muslim yang meningkat secara drastis. pasukan romawi pun mulai tertekan dan mundur secara perlahan. sedangkan Qutbah bin Qotadah, komandan pasukan kanan muslim maju menekan barisan pasukan romawi dan berhasil mendekat ke arah Malik bin Zafilah, penguasa kerajaan Ghasasinah. maka terjadi duel antara Qutbah bin Qotadah dan Malik bin Zafilah. Ketika Malik bin Zafilah tewas di tangan Qutbah bin Qotadah. pasukan kafir pun akhirnya mengetahui bahwa raja Ghosasinah, Malik bin Zafilah telah tewas, hal ini membuat semangat juang pasukan romawi menurun drastis. Pasukan Romawi pun terdesak dan tertekan, sedikit demi sedikit pasukan muslim mulai maju dan pasukan romawi pun diarahkan oleh Theodore untuk mundur, agar pasukan Romawi tidak kacau balau dan untuk merapihkan kembali barisan pasukan Romawi. Rencana Khalid bin Walid pun berhasil. Khalid berencana untuk memukul pasukan Romawi agar pasukan muslim dapat beristirahat dan dapat mundur dengan lebih mudah. Dan agar pasukan muslim dapat pulang kembali ke madinah dengan kerugian yang sedikit. Rencana Khalid bin walid ialah sebagai berikut: Pasukan muslim bertukar posisi, pasukan sayap kiri pindah ke sayap kanan, dan pasukan barisan tengah depan pindah ke tengah belakang dan begitu juga sebaliknya. Selain itu Khalid bin Walid juga memerintahkan pasukannya untuk membersihkan bekas-bekas darah dari pakaian mereka. Hal ini dilakukan agar pasukan romawi menyangka bahwa pasukan bantuan telah datang, dan bahwa jumlah pasukan muslim sudah bertambah dengan adanya pasukan bantuan. Selain itu sebagian pasukan juga diperinttahkan untuk bersembunyi di atas bukit dan baru turun dari atas bukit setelah peperangan dimulai, untuk memberi kesan bahwa pasukan bantuan dari Madinah sudah datang, dan untuk menebarkan rasa takut di dalam hati pasukan Romawi. 

keesokan harinya kedua pasukan pun saling berhadapan. setelah perang dimulai, Pasukan yang bersembunyi di bukit pun turun dari atas bukit. Melihat hal itu pasukan Romawi pun kaget dan mereka merasa bahwa pasukan bantuan umat muslim benar-benar telah datang. Khalid bin Walid dan pasukan muslim kemudian melakukan penyerangan dengan kekuatan penuh. Pasukan Romawi yang melihat hal tersebut tentu saja menjadi takut dan merasa bahwa Pasukan Romawi terancam kalah pada pertempuran tersebut. Khalid bin Walid dan pasukannya berhasil menekan pasukan Romawi. Sebagian sejarawan menggambarkan banyaknya korban tewas dari pasukan Romawi dengan mengatakan bahwa banyaknya jumlah pasukan Romawi yang tewas membuat pergerakan kedua pasukan menjadi terganggu karena banyaknya jenazah yang terkapar di medan pertempuran. Pasukan Romawi pun semakin terdesak mundur. Pasukan Muslim tidak henti-hentinya menekan pasukan Romawi dengan sekuat tenaga mereka, hingga akhirnya pasukan Romawi benar-benar kuwalahan dan sedikit demi sedikit mulai mundur. pasukan Romawi pun mulai merasa bahwa mereka benar-benar akan kalah pada hari itu. 

Namun tanpa diduga, setelah pasukan Romawi  mulai mundur, Khalid bin Walid memerintahkan pasukannya untuk mundur. Maka pasukan mulai pun mundur dari medan pertempuran. Pasukan Romawi kebingungan dengan keputusan Khalid. Pasukan Romawi berfikir bahwa tidak mungkin sebuah pasukan yang hampir memenangkan pertempuran mundur begitu saja dari medan pertempuran. padahal pasukan muslim sedikit lagi akan memenangkan pertempuran. Maka pasukan Romawi pun tidak mengejar pasukan muslim. Pasukan Romawi mengira bahwa gerakan mundur pasukan muslim hanyalah sebuah trik dan jebakan, maka pasukan Romawi membiarkan pasukan muslim untuk mundur dan tidak ada satu orang Romawi pun yang mengejar pasukan muslim saat itu. Kondisi itu pun dimanfaatkan oleh Khalid bin Walid untuk bergerak mundur dan selanjutnya pasukan muslim pulang kembali ke Madinah. pertempuran Mu’tah pun berakhir. Perang Mu’tah memberikan kerugian yang sangat besar bagi pasukan Romawi. jumlah prajurit Romawi yang tewas dalam pertempuran mu’tah diperkirakan mencapai 3000 prajurit, namun sebagian berpendapat bahwa jumlah pasukan romawi yang tewas lebih dari itu, namun  banyak yang tidak terhitung. sementara itu jumlah prajurit muslim yang mati syahid ialah 12 orang. di antaranya ialah para panglima perang muslim, Zaid bin Tsabit, Ja’far bin Abi Thalib dan Abdullah bin Rowahah. Ketika pasukan muslim telah kembali ke Madinah, sebagian penduduk Madinah mengatakan, bahwa pasukan Khalid bin Walid ialah pasukan yang kabur melarikan diri. Karena itu Khalid bin Walid menjadi sangat malu, Khalid pun dengan berat hati dan malu menghadap kepada Rasulullah SAW. Khalid pun meminta maaf kepada Rasulullah SAW jika keputusannya itu mengundang murka dari Allah dan NabiNya, namun diluar dugaan, Rasulullah SAW memuji keputusan Khalid, karena berhasil menyelamatkan banyak nyawa pasukan muslim. Dan telah menunjukkan keberanian dan prestasi yang sangat luar biasa bagi Umat Islam. Rasulullah SAW juga berkata bahwa in sya Allah, mereka bukan orang-orang yang lari, tapi pasukan muslim akan kembali lagi berhadapan dengan pasukan Romawi, dan kata-kata beliau terbukti, selanjutnya Khalid dan pasukan muslim akan bertempur kembali di wilayah Bizantium dalam berbagai pertempuran, seperti pertempuran Ajnadin, Furot, Yarmuk, dan berbagai pertempuran lainnya, pertempuran-pertempuran tersebut kelak dimenangkan oleh Umat Islam, hingga akhirnya Negeri Syam seluruhnya dapat dibuka dan dibebaskan dari kekuasaan Bizantium dengan izin Allah SWT. 

Semoga Allah SWT merahmati para sahabat dan para syuhada Umat Muslim yang berjuang di jalan Allah SWT, dan semoga Allah SWT memberkahi dan meridhoi saifullah al-maslul, pedang Allah, Abu Sulaiman Khalid bin Walid, penakluk Romawi, Persia, dan orang-orang murtad. di video-video selanjutnya kita membahas lagi perang-perang penting Umat Muslim yang dengan izin Allah dimenangkan oleh Umat Muslim dan menjadi jalan bagi dibukanya Negeri-Negeri Romawi dan Persia. 

0 comments:

Posting Komentar

Contact

Talk to us

Anda dapat menghubungi Mohammad Izdiyan Muttaqin melalui beberapa cara berikut.

Address:

DD Ross Village 1 Blok E5 Jl. Tanjung, Rt 04 Rw 05 Padurenan, Kec. Gn. Sindur, Kabupaten Bogor, Jawa Barat 16340

Work Time:

Monday - Friday from 9am to 4pm

Phone:

+6281311448187

Flickr Images