Bagaimana Cara Membaca Masa Depan
|
Jam terbesar di Planet Bumi, Mekkah |
Beberapa waktu yang lalu saya membaca sebuah artikel yang di-
Share oleh
kakak kelas di wallnya. Sebuah artikel yang sangat menginspirasi.
Artikel ini aslinya ditulis oleh seorang alumni yang kini menjadi
seorang pimpinan pondok di salah satu pondok alumni. Beliau menuliskan
betapa kharismatiknya sosok Pak Zar kala beliau santri dulu. Pak
Zarkasyi selalu menyediakan waktunya untuk mengelilingi kelas di waktu
efektif belajar. Bila ada kelas yang kosong, beliau lantas masuk dan
mengajar di kelas tersebut. Apabila kelas sebelah ribut dan tidak ada
pengajarnya, beliau lantas menaruh kopiahnya di meja, kemudian bergerak
menuju kelas yang berisik tersebut. Keberadaan kopiah beliau sudah
membuat para santri takut dan tidak beranjak dari tempat duduk mereka.
Saat sore menjelang Pak Zar dengan kaos oblongnya keliling melihat
keadaan kelas. Apabila terdapat meja yang sudah miring, beliau
membenarkan sendiri meja tersebut. Apabila ada pintu yang rusak, beliau
juga yang dengan sabarnya mengencangkan pintu tersebut.
Bagian yang paling disorot dari artikel tersebut oleh sang penulis
adalah saat beliau berjalan melewati secarik sobekan Koran. Saat itu Pak
Zarkasyi yang kebetulan ada di dekatnya menyuruh beliau untuk mengambil
kertas tersebut. Bukan untuk dibuang, namun Pak Zar menyuruh sang
penulis untuk membacanya terlebih dahulu, dan tidak hanya itu, Pak Zar
kemudian menanyakan tentang apa yang terkandung di secarik potongan
Koran tersebut.
Kalau
kita pikirkan, mengapa harus dibaca, padahal Koran itu bukan Koran
terbaru, melainkan hanya Koran bekas yang mungkin bagi kita sudah tidak
ada nilainya lagi. Namun yang perlu kita hayati adalah bagaimana Pak
Zarkasyi menghormati ilmu dan menyemangati santrinya untuk membaca,
dalam keadaan apa pun.
Dalam kesempatan ini saya juga ingin sekali berbagi ide saya tentang
keajaiban membaca. “Bacalah!” itulah kata pertama yang Allah wahyukan
kepada Nabi Muhammad SAW. Bukanlah suatu kesia-siaan menyuruh Rasulullah
SAW untuk membaca walaupun beliau saat itu memang jelas-jelas tidak
bisa membaca. Namun Allah SWT ketika itu menyuruh NabiNya untuk membaca
al-Qur’an, yang diturunkan kepada hambaNya dalam bentuk
“audiobook”. Dan membaca
audiobook tidak memerlukan kemampuan baca tulis, namun memerlukan kemampuan
listening Bahasa Arab yang sudah sangat dikuasai Nabi Muhammad SAW.
Menarik
sekali, pada abad keenam masehi, di mana buku belum banyak beredar, di
mana mesin cetak bahkan belum ditemukan, Allah SWT telah membawa ke
zaman itu sebuah teknologi masa depan, buku audio bernama al-Qur’an.
Yang mengandung informasi-informasi kunci untuk hidup bahagia di dunia
dan akhirat. Audiobook sendiri, baru mulai diproduksi di New York
sekitar tahun 50an. Dan mulai diproduksi masal dalam bentuk kaset
sekitar tahun 1970-1980. Namun umat islam sudah menjaga sebuah audiobook
bertitelkan al-Qur’an berabad-abad yang lalu. Saya anggap ini merupakan
satu lagi keajaiban al-Qur’an yang berbeda dengan kita kitab-kitab
terdahulu yang turun dalam bentuk buku biasa, al-Qur’an diturunkan dalam
bentuk buku audio.
Setelah terjadinya revolusi industry pada sekitar tahun 1780-1830 umat
manusia mulai beranjak dari masyarakat yang sebelumnya agraris menuju
masyarakat industri setelah ditemukannya mesin uap dan mesin-mesin
lainnya yang mampu memproduksi berbagai barang dalam jumlah massal. Maka
lahan-lahan pertanian tidak lagi menjadi satu-satunya sumber kekayaan.
Manusia tidak lagi terbatas dalam dua kelas, pemilik tanah tan buruh
tani. Namun umat manusia kemudian menemukan bahwa kreatifitas mereka
dalam memproduksi barang benar-benar membuat dunia menjadi lebih nyaman
dan penuh dengan peluang. Maka dari situ dimulailah era baru dalam kisah
perjalanan umat manusia. Era industri. Sebuah era di mana kekuatan
suatu komunitas atau seseorang dinilai dari kemampuan mereka
memproduksi. Di era ini orang-orang terkaya di dunia mengumpulkan
kekayaan mereka melalui produk-produk seperti mobil, minyak, besi,
sampai produksi kereta api.
Lalu
pada tahun 1989 world wide web atau yang biasa disingkat dengan WWW
ditemukan. Saat itulah umat manusia sekali lagi berada pada pintu
gerbang era baru, era yang disebut-sebut sebagai era informasi. Pada era
informasi ini barang-barang dan hasil produksi tidak lagi menjadi tolak
ukur. Namun sistem, pengalaman, informasi, dan efisiensi yang menjadi
ukuran utama. Sampai saat ini kita bisa melihat daftar orang terkaya
dunia 3 besarnya diisi oleh Carlos Slim Helu seorang pengusaha bidang
telekomunikasi, Bill Gates yang sudah sangat dikenal dengan Microsoftnya
yang bergerak di bidang sistem computer. Lalu disusul oleh Warren
Buffet yang selain seorang pakar dalam memilih saham juga merupakan
pengusaha di bidang jasa dan asuransi.
Dalam
era informasi ini bukan barang dan produksi, tapi apa yang ada dalam
kepala kitalah yang menentukan nilai kita. Manusia memang sama dalam
bentuk dan organnya. Namun manusia sangat berbeda dalam kemampuan.
Apakah yang sebenarnya membuat manusia begitu berbeda? Bagaimana
sebagian orang begitu superior dan mendominasi namun yang lain hanya
terpojok lemah, menonton, diatur, dan kadang ditindas?
Mari
kita kembali kepada al-Qur’an yang memuat hukum-hukum Allah yang pasti
dan tidak berubah. Dalam surat an-Najm ayat 19, وأن ليس للمرء إلا ما سعى
وأن سعيه سوف يرى. Ayat ini menjelaskan dengan gamblang kepada kita
bahwa manusia hanya akan memiliki apa yang diusahakannya. Dan
sesungguhnya hasil usahanya itulah yang akan dia saksikan terjadi pada
dirinya.
Setelah kita
membaca ayat ini, mari kita kembali kepada judul tulisan ini: “Membaca
Masa Depan”. Ayat ini menurut saya, merupakan suatu alat yang Allah
berikan kepada kita untuk membaca masa depan. Menarik bukan, Allah Maha
Adil. Allah memberikan semua makhluknya tanpa terkecuali hasil usaha
dari apa yang telah diusahakan.
Mari
kita pakai metode membaca masa depan ini dengan melihat mundur ke masa
kenabian Rasulullah SAW, dan masa-masa khilafah islamiyah. Saat itu
Rasulullah SAW mengomandokan kepada Umatnya “Keluarkanlah orang kafir
dari Jazirah Arab”. Kata ini yang kemudian dijadikan awal dari usaha
terus menerus umat islam menyebarkan Risalah Islam keseluruh daratan
Jazirah Arab. Segala usaha yang dilakukan dengan pengorbanan berupa
harta, tenaga, sampai nyawa berbuah dengan penaklukan-penaklukan yang
berjalan begitu pasti di seluruh daratan Jazirah Arab. Jihad fi
Sabilillah yang menjadi salah satu pondasi awal berdirinya Negara Islam
pada masa Rasulullah dijalankan terus pada masa Khulafaurrasyidin dan
Daulah Umayyah, usaha yang terus menerus ini membuat kita dengan mudah
bisa membaca bahwa Islam nantinya akan masuk Benua Afrika, masuk juga ke
Benua Eropa, dan tidak terelakkan lagi, juga Benua Asia. Dan itu
benar-benar terjadi. Pada masa Umar bin Khattab Islam berhasil memasuki
wilayah Benua Afrika melalui Mesir. Pada masa Daulah Umayyah Islam
berhasil masuk ke Benua Eropa melalui wilayah barat lewat Spanyol dan
Portugal kemudian melalui wilayah timur pada masa Utsman bin Affan
melalui Azerbaijan. Dan Islam masuk wilayah China pada akhir masa Utsman
bin Affan.
Belajar sejarah memang menarik,
saya sebagai seorang mahasiswa jurusan sejarah ingin sekali berbagi
tentang bagaimana proses kebangkitan peradaban Benua Eropa. Setelah
pecahnya kerajaan Daulah Umayyah menjadi kerajaan-kerajaan kecil dan
juga berhasil dikeluarkannya umat islam dari Benua Eropa di bawah
pimpinan Raja Ferdinand dan Ratu Isabella. Beberapa lama setelah itu
Bangsa Eropa, khususnya Eropa Barat memfokuskan segala usahanya untuk
menguasai ilmu pelayaran, baik itu ilmu geografi, ilmu navigasi, ilmu
membaca bintang, hingga ilmu memproduksi kapal secara massal. Bahkan
didirikan pula universitas khusus untuk ilmu pelayaran dan kelautan.
Akhirnya dalam beberapa abad kemudian Bangsa Eropa Barat berhasil
mengadakan ekspedisi-ekspedisi ke wilayah Afrika, Amerika, India, hingga
Indonesia, dan selanjutnya menggantikan dominasi Eropa Timur yang
terkenal dengan Kerajaan Romawinya, dan juga menggantikan Turki Usmani
yang terkenal dengan Daulah Utsmaniyyahnya.
Membaca masa depan adalah salah satu tugas para pemimpin.
Dan semua itu bisa dilakukan oleh setiap orang karena Allah sendiri
yang menyuruh kita dalam surat al-hasyr, “Hendaklah setiap jiwa melihat,
apa yang dia kerjakan untuk esok harinya”. Ya, kita bisa membaca masa
depan kita, dengan melihat apa yang kita kerjakan saat ini. Mari kita
gunakan sebuah “how to” dari Allah ini, untuk membaca masa depan. Masa
depan islam, masa depan Indonesia, dan masa depan kita sendiri.