Selamat Datang di Website Resmi Mohammad Izdiyan Muttaqin

Silahkan pilih artikel, tombol, atau pun informasi yang anda butuhkan. Channel Youtube Izdiyan dapat anda akses melalui link berikut ini

Find Out More

Artikel Pilihan

Perkenalan

Di sini saya menuliskan beberapa hal tentang perkenalan, atau usaha saya mengenal diri sendiri dan mengenalkan diri saya kepada anda.

Read More

Pro Aktif

Pro Aktif adalah kebiasaan pertama dari 7 kebiasaan manusia yang paling efektif.

Read More

Memperbaiki Indonesia

Bagaimanakah cara untuk memperbaiki Indonesia? apakah kita mampu memperbaiki Indonesia?.

Read More

Cara Meningkatkan Keyakinan dan Kepercayaan Diri

Keyakinan diri, atau yang biasa disebut dengan belief, atau iman, adalah sesuatu yang sangat penting dalam kehidupan manusia. Sebagai umat beragama, manusia juga sangat tergantung pada keyakinanny.

Read More

Recent Work

16 Nov 2023

Perang Besar Antara Umat Islam dan Pasukan Romawi Inilah Perang Yarmuk

Perang Besar Antara Umat Islam dan Pasukan Romawi Inilah Perang Yarmuk


Perang terbesar dalam sejarah yang pernah terjadi antara Umat Islam danPasukan Romawi 
Dalam perang ini umat Islam menghadapi pasukan yang jumlahnya berkali kali lipat jumlah pasukan mereka. Perang ini juga menjadi saksi bagi salah satu strategi perang paling dramatis dalam sejarah peperangan dunia. Perang ini menjadi awal bagi jatuh kekaisaran Romawi. Inilah perang yarmuk. Perang yang mematahkan kekuatan pasukan Romawi. 
Sebelum kita lanjutkan kami memohon kepada para penonton untuk menekan tombol like subscribe bagi yang belum tinggalkan komentar di kolom komentar dan bagikan video ini kepada teman teman anda agar informasi ini bisa bermanfaat bagi lebih banyak orang mari kita mmulai
Setelah kematian Rasulullah Saw, Abu Bakr As-Shiddiq segera melaksanakan wasiat Nabi Muhammad SAW untuk menyebarkan agama Islam dengan membuka wilayah wilayah baru. Maka dimulailah era pembukaan wilayah baru di Syam dan Iraq, yang biasa dikenal dengan era futuhat islamiyah atau era pembukaan wilayah Islam atau penaklukan penaklukan Islam. Maka dalam fase ini Umat Islam mencoba untuk menyebarkan Islam di wilayah kekaisaran Romawi dan Persia. Namun kaisar dari dua kekaisaran tersebut tidak mau menerima ajaran Islam, dan Umat Islam pun tidak menyerah. Karena jalan damai untuk menyebarkan Islam menemui kebuntuan, maka Umat Islam pun menyiapkan pasukan untuk berjuang di jalan Allah, dan pasukan Muslim saat itu harus berhadapan dengan pasukan tempur dari kekaisaran Romawi dan Persia. Siapa sangka era ini menjadi saksi takluknya angkatan perang terkuat di dunia saat itu yang dimiliki oleh kekaisaran Romawi dan Persia. Era pembukaan wilayah Islam baru ini dimulai dengan keberhasilan Pasukan Muslim menguasai Iraq yang merupakan pusat kekaisaran Persia. Maka setelah itu Umat Islam pun segera mengirim pasukan untuk membuka wilayah Syam yang saat itu merupakan bagian dari kekaisaran Romawi. Maka umat Islam pun berhasil mengalahkan pasukan Ghasasinah, yang merupakan kerajaan sekutu Romawi di wilayah Syam. Dan Selanjutnya Umat Islam berhasil membuka kota Busro di Syam. Umat Islam pun terus bergerak menuju Damaskus. Saat Umat Islam sedang mengepung kota Damaskus, Khalifah Abu Bakr As-Shiddiq wafat di tahun 13 H/634 H. Namun saat itu Umat Islam berhasil membuka kota Damaskus dalam perang Ajnadin. Sebelum Abu Bakr As-Shiddiq wafat Abu Bakr As-Shiddiq telah menulis surat wasiat yang menyerahkan amanah kepemimpinan Umat Islam kepada Umar bin Khattab. Maka Umar bin Khattab pun menjadi Khalifah Rasulullah, penerus kepemimpinan Rasulullah Saw setelah kematian Abu Bakr As-Shiddiq. Umar bin Khattab pun melanjutkan usaha perluasan wilayah yang telah dimulai di masa Abu Bakr. Umar bin Khattab kala itu mengambil kebijakan yang kontroversial, yaitu mencopot Khalid bin Walid dari posisinya sebagai panglima perang pasukan Muslim. Sebagai penggantinya ditunjuklah Abu Ubaidah bin Jarrah sebagai panglima perang yang baru pengganti Khalid bin Walid. Selanjutnya Umat Islam berhasil membuka kota Homs dan Baalbek. Kaisar Romawi Heraklius kala itu menyaksikan kekuatan pasukan Muslim. Heraklius menyadari bahwa kekaisaran Romawi harus segera menghabisi pasukan Muslim sebelum terjadi perluasan wilayah Islam yang lebih luas lagi yang dapat mengancam keselamatan kekaisaran Romawi. Maka pada 635 M Heraklius mulai melakukan persiapan perang besar besaran. Heraklius  berinisiatif mengumpulkan semua pasukan tempur yang dia miliki untuk menghadapi pertempuran melawan pasukan Muslim. Maka Pertempuran selanjutnya adalah pertempuran yang menjadi pertempuran penentuan bagi kekaisaran Romawi dan Umat Islam. Maka pasukan Romawi dari berbagai wilayah mulai berdatangan dan berkumpul di Antokia, di bagian Utara dari wilayah Syam. Pasukan Bizantium kala itu dipimpin oleh panglima mereka bernama Mahan. heraklius memantau pergerakan pasukan Bizantium di Antokia. Pasukan tempur yang berhasil dihimpun oleh Heraklius saat itu sangat besar jumlahnya mencapai 240 ribu prajurit. Kabar tentang pergerakan pasukan Bizantium yang besar ini pun sampai kepada Umat Islam. Abu Ubaidah bin Jarrah kemudian berinisiatif untuk menarik mundur pasukannya ke wilayah Yarmuk yang saat itu telah dikuasai penuh oleh Umat Islam agar pasukan Muslim dapat mempersiapkan pertempuran dengan lebih aman. Dan tidak terancam oleh pasukan Romawi dan Ghasasinah. Maka Umat Islam pun menggunakan semua sumber daya yang mereka miliki untuk mempersiapkan pertempuran besar melawan pasukan kekaisaran Romawi. Jumlah pasukan Muslim saat itu antara 36 ribu-40 ribu prajurit. Umat Islam pun segera menyusun strategi perang. Umat Islam membagi pasukan mereka menjadi 4 kelompok. Pasukan tengah dipimpin oleh Abu Ubaidah bin Jarrah. Pasukan kiri dipimpin oleh Yazid bin Abi Sufyan. Pasukan kanan dipimpin oleh Amru bin Ash. Di bagian belakang ada pasukan berkuda yang dipimpin oleh Khalid bin Walid. Khalid bin Walid bertugas memantau pergerakan pasukan Bizantium dan menjaga pertahanan Umat Islam. Semua prajurit pun telah siap untuk menghadapi segala kemungkinan yang dapat terjadi dalam pertempuran besar tersebut. Sebelum perang dimulai Abu Ubaidah bin Jarrah sebagai Panglima tertinggi pasukan Muslim saat itu menyerahkan kepemimpinan dalam perang kepada Khalid bin Walid karena dia mengetahui bahwa Khalid memiliki kemampuan perang dan strategi perang yang luar biasa. Pada tanggal 16 Agustus tahun 636 M, bertepatan dengan tahun 13 H, pasukan Muslim dan pasukan Bizantium pun bertemu di Yarmuk. 
Hari pertama
Di hari pertama, saat pagi hari kedua pasukan telah bertemu. Pasukan Muslim dan pasukan Bizantium memulai pertempuran dengan mengeluarkan prajurit prajurit terbaik mereka untuk melakukan duel satu lawan satu, sebagaimana kebiasaan perang perang di masa itu. Pasukan Bizantium menyangka bahwa mereka dapat mengalahkan pasukan Muslim dalam duel, namun kenyataannya malah sebaliknya. Satu demi satu prajurit Bizantium tumbang dalam duel menghadapi prajurit muslim. Saat masuk tengah hari, Mahan panglima perang pasukan Bizantium memberikan aba aba untuk memulai pergerakan pasukan Bizantium untuk maju ke tengah Medan pertempuran. Pasukan Muslim pun bergerak maju menerjang pasukan Bizantium. Perang di awal ini menjadi pertempuran pembukaan bagi kedua pasukan. Saat itu pasukan Bizantium terlihat tidak terlalu mampu menguasai Medan perang meskipun jumlah mereka banyak, namun mereka tidak mampu memberikan tekanan yang kuat terhadap pasukan Muslim, kecuali hanya di beberapa tempat yang terjadi pertempuran yang sengit. Bahkan di hari pertama ini Mahan pun tidak ikut turun tangan membantu pasukannya. Saat hari mulai gelap, kedua pasukan pun mundur kembali ke markas mereka masing-masing. 

Hari kedua
Di hari kedua, Mahan sudah berencana untuk mengagetkan umat Islam dengan melakukan penyerangan di waktu subuh saat umat Islam sedang melakukan shalat subuh. Mahan pun mulai bergerak bersama pasukannya di waktu subuh tersebut. Namun Khalid bin Walid ternyata sudah menyiapkan pasukan pertahanan yang dapat menghentikan serangan pasukan Bizantium. Hal ini menunjukkan kejeniusan Khalid bin Walid dan ketepatan strategi nya. Karena itulah Khalid bin Walid dianggap sebagai salah satu legenda dalam sejarah Islam dan sejarah dunianya. Maka akhirnya pasukan Bizantium pun gagal menjalankan strategi serangan kejutan. Maka terjadilah pertempuran yang sengit antara pasukan Muslim dan pasukan Bizantium. 
Setelah pasukan Bizantium gagal menjalankan strategi kejutannya, pasukan Bizantium kembali mencoba menjalankan strategi lainnya. Pasukan Bizantium melihat bahwa pertahanan pasukan Muslim berada di tengah. Maka pasukan Bizantium pun melakukan penyerangan lebih getol di wilayah kanan dan kiri dari barisan pasukan Muslim. Hal ini mengakibatkan tekanan yang sangat kuat di bagian kanan dan kiri pasukan Muslim, hingga akhirnya pasukan sisi kanan umat Islam yang dipimpin Amru bin Ash terdorong hingga menjadi sedikit mundur ke belakang. Khalid bin Walid menyaksikan peristiwa tersebut, maka Khalid bin Walid bergerak maju membantu pasukan sisi kanan umat Islam bersama pasukan kudanya untuk menekan sisi kiri pasukan Bizantium dan mencoba mencari lubang pasukan Bizantium di sisi tersebut. Usaha Khalid bin Walid berhasil. Umat Islam pun mulai menekan pasukan sisi kiri Bizantium dan pasukan sisi kiri Bizantium. 
Namun sebaliknya pasukan sisi kiri umat Islam mulai tertekan. Sedikit demi sedikit pasukan sayap kiri umat Islam mundur. Karena Khalid bin walid dan pasukannya masih sibuk membantu pasukan Islam di sisi kanan, maka Khalid bin Walid tidak bisa membantu kawan mereka yang berada di sebelah kiri. Maka pasukan Romawi pun semakin maju ke depan menekan pasukan sayap kiri umat Islam. Hingga pasukan Romawi mencapai barisan perempuan. Setelah itu para perempuan perempuan muslim melempari pasukan Romawi dengan batu. Melihat wanita wanita muslim ikut berjuang para prajurit muslim menjadi lebih bersemangat, dan Allah SWT menguatkan kaki kaki mereka sehingga mereka mampu bertahan menahan gempuran pasukan Bizantium. Setelah pasukan sayap kanan umat Islam berhasil menekan pasukan Romawi dan keadaan di sayap kanan telah berhasil dikuasai umat muslim, Khalid bin Walid bersama pasukannya melihat bahwa pasukan sayap kiri umat Islam berada dalam tekanan, maka Khalid membagi kelompok nya ke dalam dua kelompok, satu kelompok dipimpin oleh Dharar bin Azwar diperintahkan bergerak membantu pasukan Islam di bagian tengah dan satu kelompok lagi dipimpin oleh Khalid bin Walid membantu pasukan Islam di sayap kiri. pasukan Khalid bin Walid pun maju ke arah sayap kiri pasukan Muslim dan membantu mereka melawan pasukan Romawi yang semakin menekan pasukan Muslim. Maka setelah itu pasukan Romawi berhasil digempur dan mulai mundur sedikit demi sedikit. Pasukan Romawi pun mulai tertekan, dan setelah itu Dharar bin Azwa r.a. berhasil membunuh salah satu pemimpin pasukan Bizantium yaitu Derijan. Kematian salah satu punggawa Bizantium ini mengakibatkan penurunan dalam kepercayaan diri pasukan Bizantium. Pasukan Bizantium pun mundur dan kembali ke markas mereka. Pasukan Muslim akhirnya juga mundur ke markas, maka Pertempuran hari kedua pun berakhir, dan dalam perang hari kedua ini, Umat Islam telah berhasil menebarkan rasa takut dan luka di dalam pasukan Bizantium. 
Hari Ketiga
Di hari ketiga, pasukan Muslim dan pasukan Bizantium memulai perang dengan berbaris saling berhadapan. Kematian Derijan memang membebaskan luka di dalam pasukan Bizantium, maka panglima perang Bizantium, Mahan memutuskan untuk memfokuskan tekanan kepada sisi kanan dan Tengah dari pasukan Muslim karena dia melihat bahwa kedua sisi ini merupakan titik lemah pasukan Muslim. Pada mulanya strategi Mahan berhasil, Amru bin Ash dan pasukannya di sayap kanan pasukan Muslim mendapatkan tekanan yang luar biasa dari pasukan Bizantium. Sedikit demi sedikit pasukan Amru bin Ash bergerak mundur dan pasukan Bizantium mulai bergerak maju menekan pasukan Muslim di sisi kanan. Namun pasukan Khalid bin Walid yang menyaksikan hal itu segera membantu pasukan Amru bin Ash, sehingga pasukan Muslim dapat membalikkan keadaan dan sedikit demi sedikit pasukan sayap kanan Muslim berbalik menekan sayap kiri pasukan Bizantium.  Saat hari mulai gelap kedua pasukan pun mundur dan kembali ke markas mereka masing-masing.
Hari keempat
Di hari keempat Mahan bertekad untuk menghabisi pasukan Muslim dan menyudahi perang Yarmuk dengan kemenangan. Mahan menyangka bahwa kemenangan pasukan Bizantium telah dekat. Mahan pun bertekad untuk memfokuskan tekanan kepada sisi kanan dan Tengah dari pasukan Muslim karena dia melihat bahwa sisi sisi tersebut ialah sisi lemah umat Islam. Sebagaimana di hari sebelumnya pasukan Bizantium menekan sisi kanan pasukan Muslim, saat pasukan sayap kanan umat Islam terdesak, Khalid bin Walid dan pasukannya kembali membantu pasukan sayap kanan umat muslim sehingga keadaan kembali seimbang. Selanjutnya Khalid bin Walid membagi pasukannya menjadi dua bagian, sebagian ditaruh di tengah dan sebagian ditaruh di sayap kiri pasukan Muslim, karena Khalid melihat bahwa pasukan Bizantium hanya berfokus pada sisi kanan pasukan Muslim. Khalid bin Walid memanfaatkan kesibukan pasukan Bizantium menekan sisi kanan pasukan Muslim, maka Khalid bin Walid pun masuk ke tengah dan kemudian menekan sisi kanan pasukan Bizantium yang ada di sisi kiri pasukan Muslim. Pasukan Muslim menekan sayap kanan pasukan Bizantium dengan tekanan yang sangat luar biasa. Dan pasukan sayap kanan Bizantium pun hancur berantakan 
Mahan berinisiatif untuk membalas serangan umat Islam dengan memerintahkan para pemanah untuk menghujani pasukan Muslim dengan anak panah. Pasukan Muslim pun tertimpa anak panah dalam jumlah besar, dalam peristiwa ini banyak prajurit muslim yang mati syahid. Hal ini membuat pasukan Muslim tertekan dan pasukan Muslim pun mulai bergerak mundur. Hampir saja pasukan Romawi memastikan kemenangan mereka, hingga di tengah pertempuran Ikrimah bin Abu Jahal berdiri dan berteriak, siapa yang siap membai'atku untuk mati. Maka putranya Abdullah, dan Dhoror bin Azwar, dan Harits bin Hisyam menjawab bahwa mereka siap membai'at diri mereka untuk mati syahid bersama Ikrimah bin Abu Jahal. Maka bersama mereka bersiap 400 prajurit yang sudah siap mengorbankan nyawa mereka di jalan Allah. Kemudian Khalid bin Walid berkata kepada Ikrimah, jangan lakukan wahai ikrimah, jika engkau terbunuh, hal itu akan membuat Umat Islam semakin kesulitan. Namun Ikrimah menjawab, engkau telah beriman terlebih dahulu bersama Rasulullah Saw, sedangkan aku dan ayahku, kami adalah musuh terbesar Rasulullah Saw. Biarkanlah aku menebus dosa masa 

pasukan Berani Mati
Maka pasukan berani mati yang dibentuk oleh Ikrimah akhirnya bergerak menggempur Pasukan Romawi. Pasukan ini paham benar bahwa jumlah pasukan Muslim lebih kecil dan telah tertekan oleh pasukan Bizantium, namun mereka telah bersiap untuk maju dan menyerang meskipun resikonya mereka akan mati di Medan perang. Maka pasukan laskar kematian yang dibentuk Ikrimah bin Abu Jahal akhirnya bergerak maju menerjang pasukan Bizantium, bersama mereka, pasukan Muslim juga ikut bergerak maju. Maka terjadilah peperangan yang sangat dahsyat antara kedua pasukan. Dengan semangat yabg Tinggi akhirnya pasukan Muslim berhasil membuat keadaan menjadi seimbang, bahkan dengan perjuangan pasukan Muslim dan dengan izin Allah, pasukan Muslim akhirnya berhasil memukul mundur pasukan Bizantium. Hingga akhirnya pasukan Bizantium mundur dan bergerak kembali ke markas mereka. Saat itulah Khalid bin Walid melihat prajurit prajurit muslim terluka parah, Ikrimah tertusuk panah, selain itu Hisyam bin Haritsah dan Iyasy bin Robiah juga terluka parah. Mereka pun terjatuh dan sekarat. Hisyam bin Haritsah kemudian meminta air minum, Maka saat itu salah seorang pembawa air membawa air kepada Hisyam bin Haritsah dan menawarkan Hisyam untuk minum, namun saat melihat Ikrimah bin Abu Jahal sekarat, Hisyam mengatakan, berikan air itu kepada Ikrimah, dia lebih haus dariku, saat Ikrimah didatangi, dia mengatakan, berikan air itu kepada Iyasy bin Robi', saat Iyasy ditawarkan minum, dia mengatakan, berikan air itu kepada saudaraku Hisyam bin Haritsah, namun saat Hisyam didatangi, ternyata Hisyam sudah meninggal, dan saat Ikrimah didatangi lagi, Ikrimah sudah meninggal, dan Iyasy bin Robi' ah pun sudah meninggal.
Ikrimah dan pasukan kematian nya telah menjemput janji Allah, mereka membai'at diri mereka untuk mati syahid di jalan Allah, maka mereka pun akhirnya membenarkan sumpah mereka, dan mereka menjadi para syuhada, yang wafat di jalan Allah. 

Hari kelima
Di hari kelima Mahan panglima pasukan Bizantium merasa sedikit putus asa karena belum mampu menaklukkan pasukan Muslim meskipun jumlah pasukannya jauh lebih besar. Maka Mahan memutuskan untuk mengutus utusan kepada Khalid bin Walid, bersama utusannya tersebut Mahan menulis surat yang berisi tawaran untuk menghentikan pertempuran beberapa waktu. 
Khalid saat itu menyadari bahwa semangat juang pasukan Bizantium sudah mulai menurun. Khalid pun menganggap surat tersebut sebagai kabar gembira, dan dia menolak tawaran Mahan untuk menghentikan perang. Di hari kelima ini Umat Islam berhasil memberikan pukulan keras kepada pasukan Muslim Mahan pun semakin terdesak oleh Pasukan Muslim. Di hari kelima ini Khalid menempatkan 8000 prajurit berkuda untuk memperkuat sisi kanan pasukan Muslim. 
Khalid juga mengirimkan 
Pasukan Muslim untuk berjaga jaga agar tidak ada pasukan Bizantium yang kabur. Maka Umat Islam mengutus Dhoror bin Azwar bersama 500 orang prajuritnya untuk bergerak melintasi jembatan dan memantau kondisi yang ada, sekaligus untuk mencegah pasukan Bizantium untuk kabur. 

7 Nov 2023

Aku Datang Bersama Kaum Yang Mencintai Kematian: Perang Zatu Salasil

Aku Datang Bersama Kaum Yang Mencintai Kematian: Perang Zatu Salasil



Salah satu perang terbesar dalam sejarah Islam. Peristiwa merupakan kemenangan pertama umat Islam melawan kekaisaran Persia. Perang ini menjadi arena penting ditampilkannya strategi perang jenius Khalid bin Walid. Dengan strategi ini Khalid bin Walid memimpin umat Islam dengan gemilang dan mengalahkan pasukan yang jumlahnya lebih banyak dari jumlah pasukan muslim. Perang ini menjadi fase penting bagi berakhirnya Kekaisaran Persia. Inilah peristiwa Zatu Salasil


Setelah kematian Nabi Muhammad SAW sebagian besar kabilah Arab murtad dan keluar dari Islam. Khalifah Abu Bakar Ash-Shiddiq akhirnya memutuskan untuk memerangi seluruh kabilah Arab yang murtad. Maka terjadilah perang yang sangat besar antara Umat Muslim melawan kabilah-kabilah Arab yang murtad. Perang besar itu disebut dengan Perang Riddah. Dengan perjuangan yang keras dari seluruh elemen Umat Islam, akhirnya orang orang Arab yang murtad dapat dikalahkan, dan mereka pun akhirnya dapat kembali menerima Islam. Perang melawan orang murtad yang biasa disebut dengan perang Riddah ini merupakan peristiwa pembuka bagi peperangan yang lebih besar lagi yang terjadi antara Umat Islam dengan kekaisaran Persia dan Romawi. 


Umat Islam di Jazirah Arab hidup di antara dua kekaisaran Besar, yaitu kekaisaran Persia Sasaniyah di Timur dan kekaisaran Romawi Bizantium di sebelah Barat. Setelah Abu Bakar Ash-Shiddiq berhasil menyelesaikan Perang Riddah, maka umat Islam pun memulai persiapan mereka untuk menyebarkan Islam dengan cara mengirimkan pasukan ke wilayah Persia dan Romawi. Pada mulanya Abu Bakar ingin memulai gerakan penyebaran Islam dengan mengirimkan pasukan ke Romawi, namun setelah bermusyawarah dengan para sahabat, Abu Bakar akhirnya memutuskan untuk mengirimkan pasukan ke wilayah Persia. Ada beberapa sebab yang mendorong Abu Bakar Ash-Shiddiq untuk mengirimkan pasukan ke Persia terlebih dahulu sebelum mengirimkan pasukan ke Romawi. Di antaranya karena orang-orang Persia dianggap lebih kuat daripada Romawi, selain itu sebab lainnya karena orang-orang Persia lebih jelas kekufurannya daripada orang-orang Romawi. Karena orang-orang Persia adalah penyembah api sedangkan orang-orang Romawi ialah ahli kitab yang beragama Nasrani, mereka masih mengakui para Nabi dan keberadaan Allah, namun tidak mengakui kenabian Nabi Muhammad SAW dan menganggap Isa Al-Masih adalah anak Tuhan. 


Setelah Umat Islam berhasil menaklukkan kabilah Arab yang murtad di dekat perbatasan Persia, panglima muslim Mutsanna Ibnul Haritsah bersama pasukannya pun bergerak ke Utara ke wilayah Persia. Maka sejak saat itu Umat Islam pun memerangi Kekaisaran Persia yang merupakan sekutu dari orang-orang Arab di wilayah Utara, mereka pulalah yang mendorong kabilah-kabilah yang telah masuk islam di Utara untuk murtad kembali. Mutsanna Ibnu Haritsah bersama pasukannya kemudian bergerak di titik temu antara sungai dejlah dan eufrat tepatnya di wilayah Ubulla, di sanalah kemudian Mutsanna mulai memerangi orang-orang Persia. Saat Abu bakar As-Shiddiq mendengar kabar pergerakan pasukan Mutsanna ibnu Haritsah, Abu Bakar pun menanyakan kondisi Mutsanna, dan Abu Bakar pun mendapatkan kabar bahwa Mutsanna dalam keadaan baik. Lalu pada tahun 11 H, Mutsanna bin Haritsah pulang kembali ke Madinah dan menemui Abu Bakar As-Shiddiq. Mutsanna bin Haritsah pun memberikan informasi kepada Abu Bakar As-Shiddiq bahwa Kekaisaran Persia berada dalam kondisi yang lemah. maka kemudian Mutsanna pun meminta kepada Abu Bakar As-Shiddiq, agar beliau mengirim pasukan bersama Mutsanna bin Haritsah untuk memerangi orang-orang Persia. Maka Khalifah Abu bakar pun menunjuk Bani Bakr untuk pergi berperang bersama Mutsanna bin Haritsah. 


Maka Mutsanna bin Haritsah pun akhirnya berangkat kembali ke Persia bersama 2000 prajurit. Dia pun kembali untuk melanjutkan perjuangan menyebarkan Islam di wilayah kekaisaran Persia. Setelah Jazirah Arab berada dalam kondisi stabil, dan seluruh kabilah Arab yang murtad telah tunduk dan kembali menerima Islam, Maka Abu bakar As-Shiddiq pun menyiapkan pasukan untuk dikirimkan ke Iraq untuk memerangi Kekaisaran Bizantium yang kaisarnya pernah merobek surat ajakan untuk masukan islam yang dikirim oleh Rasulullah SAW. Abu Bakar pun mengirimkan surat kepada Khalid bin Walid yang saat itu sedang berada di Yamamah setelah memerangi orang-orang murtad, Abu Bakar memerintahkan Khalid bin Walid untuk bergerak bersama pasukan relawan ke wilayah Iraq. Abu Bakar melarang Khalid untuk memaksa prajuritnya untuk bergabung, untuk memastikan keislaman pasukan yang dibawa Khalid bin Walid. Abu Bakar pun melarang Khalid bin Walid untuk membawa prajurit yang pernah murtad setelah kematian Rasulullah SAW. Maka Khalid bin Walid pun bergerak dari arah tenggara ke wilayah Iraq, hingga akhirnya Khalid bin Walid pun tiba di wilayah Hiroh. Setelah itu Abu Bakar As-Shiddiq mengirimkan surat lagi kepada seorang prajurit yang tidak kalah Jenius dari Khalid bin Walid, yaitu ‘Iyadh bin Ghonim Al-Fihri. Abu Bakar memerintahkan “Iyadh bin Ghonim Al-Fihri untuk menyerang Persia dari wilayah utara. tepatnya dari wilayah Mushoyyigh, hingga nantinya ‘Iyadh tiba di Hiroh, untuk nantinya bergabung dengan pasukan Khalid bin Walid. Untuk memotivasi pasukan muslim dalam menguasai wilayah Persia, Abu Bakar pun menyatakan, bahwa barangsiapa yang menguasai Iraq lebih dulu, maka dialah yang berhak untuk menjadi Gubernur Iraq. 


Di sini kita dapat melihat kecerdasan Abu Bakar As-Shiddiq, dia mengirim dua pasukan sekaligus, ke Ubulla dan Hiroh untuk memecah pasukan Persia, agar perhatian mereka terpecah, dan kekuatan mereka pun nantinya terpecah dan melemah. dan setelah kedua pasukan berhasil memenangkan pertempuran, kedua pasukan akan bertemu di Hiroh, yang di sanalah pasukan muslim akan menghimpun kekuatan untuk membuka kota Madain yang merupakan Ibukota Kekaisaran Persia. Dan jika Umat Islam berhasil menguasai Madain, maka itu berarti Umat Islam telah menguasai seluruh bagian barat dari Kekaisaran Persia. Khalid bin Walid pun berhasil mengumpulkan 2000 prajurit pasca pertempuran yamamah. Setelah itu Abu Bakar As-Shiddiq mengirimkan surat lagi ke 4 orang Panglima Perang Umat Islam di wilayah Iraq untuk bergerak menuju Persia dan bergabung bersama pasukan Khalid bin Walid. Maka yang berhasil terkumpu saat itu ialah 8000 prajurit. Diantara mereka ada Mutsanna bin Haritsah r.a. Abu Bakar As-Shiddiq kemudian memerintahkan Khalid untuk berkeliling ke beberapa kabilah yang dilewati oleh Khalid bin Walid sepanjang perjalanan untuk mencari pasukan tambahan, setelah Khalid bin Walid berkeliling maka terkumpullah pasukan sejumlah 10.000 prajurit. Setelah semua prajurit disatukan dalam satu pasukan, Khalid bin Walid pun mulai menyusun strategi peperangan. Khalid bin Walid membagi pasukan muslim ke dalam tiga kelompok. Maka Khalid biin Walid pun memerintahkan agar ketiga pasukan berjalan terpisah. Kelompok pertama jalan terlebih dahulu dan disusul oleh kelompok kedua dan kemudian kelompok ketiga. Jarak antara setiap kelompok ialah sejauh satu hari perjalanan. Hal ini dilakukan agar setiap kelompok dapat bergerak dengan bebas. 


Setelah itu Khalid bin Walid pun memerintahkan pasukannya untuk mulai bergerak menuju Ubullah. Ubulllah merupakan satu-satunya pelabuhan yang dimiliki oleh Kekaisaran Persia di selat persia. Dan setiap bantuan yang datang ke Ubullah datang melalui pelabuhan tersebut. Kota Ubullah dipimpin oleh seorang pangeran persia yang sangat keras, bernama Hurmuz. Namanya hingga kini digunakan sebagai nama salah satu bagian dari Selat Persia, yaitu selat Hurmuz. Hurmuz adalah seorang yang sangat tegas dan keras dan sangat membenci islam. Khalid bin Walid kemudian mengirimkan surat kepada Hurmuz. Surat itu berisi: 

“Masuk Islamlah, maka engkau akan selamat. Atau relakan dirimu dan kaummu menjadi bagian dari Ahli Dzimmah (warga yang dilindungi dan tunduk kepada pemerintahan islam), dan bayarlah jizyah, dan jika kau menolak, maka jangan salahkan siapa pun kecuali dirimu, karena aku datang kepadamu bersama kaum yang mencintai kematian, sebagaimana kalian mencintai kehidupan.Hurmuz pun marah dengan isi surat tersebut, Maka orang-orang persia pun mempersiapkan pasukan sejumlah 20.000 prajurit dan pasukan tersebut pun bergerak menuju kota Kazhimah yang berdekatan dengan kota Ubullah. padahal saat itu seharusnya Pasukan Muslim beristirahat untuk sementara waktu di Kazima sebelum masuk ke kota Ubullah. Hurmuz sangat ingin memberikan serangan kejutan kepada Pasukan Muslilm dan mengalahkan pasukan muslim. maka pasukan Persia pun berkumpul di bagian selatan dari Kota Kazima. Hurmuz pun membagi pasukannya menjadi tiga bagian, pasukan kanan, pasukan kiri, dan pasukan tengah. Untuk memperkuat barisan, pasukan persia mengikatkan rantai di kaki-kaki mereka, agar setiap prajurit berjuang sekuat tenaga dan tidak ada yang kabur dari medan pertempuran. karena itulah pertempuran ini disebut dengan zatu salasil, salasil artinya rantai, sedangkan zatu artinya memiliki, yang dimaksud ialah bahwa perang ini terjadi antara dua pasukan yang salah satu pasukannya memiliki dan menggunakan rantai di dalam perang. 

Saat pasukan Persia sudah siap untuk menghadapi pasukan muslim di Medan Perang di wilayah Kazima. Hurmuz dan Pasukan Persia menunggu lama menanti kedatangan pasukan muslim, namun pasukan muslim tidak kunjung datang. Hurmuz pun menjadi galau dan bingung. Setelah itu datang kabar bahwa Pasukan Muslim tidak bergerak menuju kota Kazima, namun Pasukan Muslim bergerak ke kota Hafir. Ini adalah strategi jenius Khalid bin Walid, karena Khalid bin Walid tahu persis bahwa Pasukan Persia telah terikat dengan dengan rantai, kaki dan tangan mereka dirantai dengan rantai besi sehingga pasukan Persia tidak dapat bergerak dengan leluasa. Khalid bin Walid tahu persis bahwa Pasukan Persia adalah pasukan yang kuat, persenjataan mereka lengkap, dan jumlah mereka besar. maka untuk dapat mengalahkan Pasukan Persia, Khalid bin Walid perlu menyerang titik lemah Pasukan Persia. Titik lemah mereka, ialah bahwa pasukan persia sangat sulit dalam melakukan pergerakan, dikarenakan jumlah mereka yang besar dan jubah perang mereka yang berat, belum lagi ditambah dengan rantai yang mengikat tangan dan kaki mereka. Maka sangat sulit sekali bagi pasukan persia untuk berpindah dari satu tempat ke tempat yang lain. Hal ini sangat berbeda dengan pasukan muslim yang sangat mudah bergerak dan berpindah dari satu tempat ke tempat lain. pasukan muslim saat itu mampu berpindah dari satu tempat ke tempat yang lain dalam waktu yang relatif singkat. Meskipun jumlah pasukan muslim sedikit, namun pemimpin pasukan muslim, Khalid bin Walid mampu memanfaatkan potensi dan kelebihan pasukan muslim. Sehingga pasukan muslim dapat memukul Pasukan Persia tepat di titik lemah mereka. maka bukannya datang ke Kazima, Khalid dan pasukan muslim malah berkumpul di Kota Hafir. Sementara itu, para pemimpin pasukan muslim di tempat-tempat yang lain pun berdatangan sesuai arahan dari Abu Bakr As-Shiddiq, sehingga pasukan muslim pun semakin kuat dan besar, dan jumlah pasukan muslim saat itu mencapai angka 18.000 prajurit. Hurmuz sangat kesal dengan keputusaan Khalid bin Walid untuk menetap di kota Hafir. Karena Hurmuz sangat ingin menghancurkan pasukan muslim, maka Hurmuz dan pasukannya pun segera bergerak menuju wilayah Hafir. Hal ini tentu saja menyebabkan kesulitan dan kelelahan yang sangat parah bagi pasukan Persia. Karena jumlah pasukan Persia besar, ditambah lagi mereka harus mengangkut peeralatan perang dan jubah pedang mereka yang sangat berat. Meskipun demikian Pasukan Persia tidak menyerah, Pasukan Persia pun bergerak secepat yang mereka mampu ke arah kota Hafir. dan Saat Pasukan Persia sudah sampai di Hafir, pasukan Persia sangat kelelahan. Inilah hal yang diinginkan Khalid bin Walid, agar Pasukan Muslim dapat menghabisi pasuka Persia yang sudah kelelahan di Medan perang. 


Saat pasukan Persia tiba di Kazima, mereka pun langsung bersiap siap untuk berperang menghadapi pasukan muslim. Namun tanpa diduga, saat Pasukan Persia sudah tiba di kota Hafir, pasukan muslim justru merubah rencana mereka, dan Khalid bin Walid memerintahkan pasukan muslim untuk bergerak lagi dengan cepat menuju kota Kazima. Karena pasukan muslim tidak terlalu banyak membawa peralatan dan tidak pula memakai jubah besi yang berat, umat Islam dapat bergerak dan berpindah dengan pergerakan yang cukup cepat, pasukan muslim juga sudah dibagi menjadi tiga kelompok sehingga memudahkan pergerakan pasukan muslim dari Hafir menuju Kazima. 


Saat hurmuz dan pasukannya melihat pasukan Khalid bin Walid bergerak pergi meninggalkan mereka, Hurmuz pun semakin panas dan kesal, maka dia pun memerintahkan Pasukan Persia untuk bergerak mengejar pasukan muslim menuju Kazima. Namun sebenarnya Pasukan Persia sudah sangat kelelahan, perjalanan menuju Kazima merupakan hal yang sangat berat bagi Pasukan Persia saat itu. Maka saat pasukan Persia tiba di kota Kazima, mereka pun sudah sangat kelelahan. Namun pasukan Persia tidak sempat beristirahat, mereka langsung menyiapkan barisan untuk menghadapi pasukan muslim. Pasukan Persia pun kembali mengikatkan rantai di kaki kaki prajurit yang berdiri di bagian paling depan, agar tidak ada yang dapat menembus barisan depan pasukan Persia. Hurmuz selanjutnya mengirimkan surat kepada Khosru Kaisar Persia untuk meminta pasukan tambahan. Maka Kaisar Persia pun mengirimkan pasukan bantuan dalam jumlah besar di bawah pimpinan Qaran bin Qirbas. Namun pasukan Qaran bin Qirbas hanya ditugaskan untuk menjaga kota Ubullah, pasukan Qaran bin Qirbas hanya akan maju ke Medan tempur jika pasukan Hurmuz sudah kalah. Karena Ubullah merupakan kota pelabuhan yang sangat penting bagi Kekaisaran Persia. 


Perang Dimulai

Pasukan Muslim yang bukan penduduk asli tidak terlalu memahami kondisi geografis kota Kazima. Sementara itu pasukan Persia sudah memahami kondisi geografis kota Kazima, mereka pun memilih posisi yang membelakangi sungai Eufrat sehingga mereka menguasai sumber air dan dengan demikian pasukan Persia pun dapat menghalangi pasukan muslim untuk mengambil air sungai. Karena air merupakan hal yang sangat penting untuk memastikan suplai logistik dan mencegah kehausan bagi suatu pasukan. Kondisi tersebut membuat pasukan Persia senang dan membuat pasukan muslim menjadi galau. Namun Khalid bin Walid kemudian berkata kepada pasukan muslim, jangan turun semangat kalian, yakinlah bahwa air akan sampai kepada pasukan yang paling sabar dan paling mulia. 


Umat Islam pun bersabar dan bertakbir tidak lama setelah itu awan hitam datang dan angin berhembus, tanpa diduga Allah SWT menurunkan hujan di kota tersebut, ini merupakan Rahmat dan berkah dari Allah SWT sehingga dengan air hujan tersebut Pasukan Muslim dapat mengurangi rasa haus mereka. Pasukan muslim pun bertakbir dan bersyukur atas Rahmat Allah yang turun yang berupa hujan tersebut. Mereka pun minum dari air hujan yang turun tersebut. 


Pasukan muslim pun segera bersiap siap untuk memulai pertempuran, mereka tidak menghabiskan waktu lama untuk beristirahat. Khalid bin Walid membagi pasukannya menjadi tiga bagian, pasukan tengah, pasukan kiri, dan pasukan kanan. pasukan tengah dipimpin langsung oleh Khalid bin Walid. Pasukan kanan dipimpin oleh Ashim bin Umar At-Tamimi, sedangkan pasukan kiri dipimpin oleh Adiy bin Hatim At-thoi. -Thoi. Maka pada bulan Muharrom tahun 12 H, dua pasukan itu pun saling berhadapan di medan pertempuran. Sebagaimana perang-perang di masa lalu, perang dimulai dengan duel antara prajurit-prajurit terbaik di setiap pasukan. Dengan segala kesombongan, Hurmuz maju ke depan untuk berduel. Hurmuz pun menantang prajurit muslim untuk berduel. maka kemudian Khalid bin Walid pun maju ke depan untuk berduel dengan Hurmuz. Sebenarnya Hurmuz bukan berniat untuk berduel, namun untuk melakukan tipuan, saat prajurit muslim menyerangnya nantinya, hurmuz sudah menyiapkan pasukan persia untuk menyerang prajurit muslim yang akan berduel dari belakang. Karena tentu saja Hurmuz tidak siap untuk berduel dengan Khalid bin Walid yang belum pernah kalah dalam pertempuran. Maka saat Hurmuz dan Khalid sedang berduel dengan sangat sengit, dalam waktu singkat telah terlihat bahwa Hurmuz tidak mampu menandingi kekuatan Khalid bin Walid, Hurmuz pun mulai terdesak, dan Hurmuz mulai memberikan aba-aba kepada pasukannya untuk menyerang. Saat itu duel dilakukan tanpa pedang. Khalid pun sedang tidak memegang pedang. sementara itu Hurmuz sudah terjatuh di hadapan Khalid bin Walid. Khalid bin Walid pun merasa ada prajurit persia yang bergerak mendekatinya, Al-Qo’qo’ melihat pergerakan pasukan persia, maka Al-Qoqo’ pun mulai maju untuk mengantisipasi serangan prajurit persia dari belakang Khalid bin Walid. Al-Qo’qo’ pun bergerak cepat dan menghabisi beberapa prajurit persia yang mencoba menyerang Khalid bin Walid dari belakang. Khalid bin Walid pun tidak memberikan ampun kepada Hurmuz, dan tewaslah Hurmuz di tangan Khalid bin Walid, dan dengan demikian hancurlah semangat juang pasukan persia, dan Umat Islam menyambut kemenangan khalid dalam duel dengan gema takbir. 


Semangat Pasukan Persia pun menjadi melemah dan barisan mereka mulai terpecah karena tewasnya pemimpin mereka. Khalid bin Walid pun langsung menyuruh pasukannya untuk menyerang. pasukan muslim menyerang pasukan Persia dengan serangan yang dahsyat. Pasukan Persia membalas serangan Pasukan Muslim dengan segala kekuatan mereka dan besarnya jumlah pasukan mereka. Hal yang membuat pasukan persia kesulitan bergerak ialah karena sebagian dari mereka terikat dengan rantai di kaki-kaki mereka. Dalam perang tersebut tampaklah pengaruh dari strategi Khalid bin Walid, terlihat jelas bahwa Pasukan Persia sudah kelelahan karena harus berpindah dari satu tempat ke tempat lain. sementara itu Pasukan Muslim masih memiliki energi yang besar untuk memukul Pasukan Persia. Pasukan Persia di bagian depan yang terikat dengan rantai pun berjatuhan dan menjadi sasaran serangan pasukan Muslim. Maka jatuhlah banyak korban dari pasukan persia karena Pasukan Persia yang kakinya terikat dengan rantai kesulitan untuk bergerak dan melarikan diri. Pasukan Persia berusaha bergerak mundur ke kiri dan ke kanan, namun pasukan muslim terus mengejar dan membuntuti mereka dan Pasukan Muslim tidak memberikan kesempatan kepada pasukan Persia untuk beristirahat walau sejenak. Pasukan Persia yang merasa bahwa mereka sudah tidak mampu lagi bertahan menahan serangan Pasukan Muslim akhirnya kabur dan melarikan diri, mereka meninggalkan kawan-kawan pasukan persia lainnya yang berada di barisan depan yang kaki mereka terikat dengan rantai. Maka pasukan yang masih tersisa di bagian depan tersebut akhirnya menjadi mangsa yang tidak dapat melarikan diri dari serangan Pasukan Muslim. Maka pasukan muslim pun menghabisi pasukan yang dirantai tersebut satu demi satu. Maka sebagian pasukan persia tewas terbunuh, dan sebagian yang lainnya melarikan diri mencari bantuan di kota Ubullah. Saat hari mulai gelap, pasukan muslim telah berhasil menghabisi ribuan pasukan persia, dan peperangan pun berakhir dengan kemenangan pasukan muslim. Di sisi lain, Pasukan Persia kehilangan sejumlah besar pasukan mereka, termasuk pemimpin pasukan mereka, Hurmuz. Kemenangan pun terwujud dengan izin Allah dan dengan kejeniusan Saifullah Al-Maslul, pedang Allah yang keluar dari sarungnya, Khalid bin Walid. Pertempuran pertama melawan Kekaisaran Persia berhasil dimenangkan oleh Pasukan Muslim, namun peperangan tidak berhenti sampai situ, masih ada perang-perang lanjutan yang akan terjadi antara Kekaisaran Persia dan Pasukan Muslim. Karena Khalifah Abu Bakar As-Shiddiq sebenarnya berniat untuk menyerang kota Ubullah, yang dilindungi oleh pasukan besar Kekaisaran Persia di bawah kepemimpinan Qaran bin Qirbas. Pasukan Persia yang kabur ke Ubullah akhirnya ikut bergabung bersama pasukan Qaran bin Qirbas, mereka pun mengabarkan tentang kekalahan pasukan Persia di Kota Kazima. Dan pertempuran selanjutnya akan terjadi antara pasukan Khalid bin Walid dan Pasukan Qaran bin Qirbas masih di atas daratan Persia. yang mudah-mudahan akan dapat kita bahas di video selanjutnya in sya Allah, terima kasih sudah membaca sampai habis, saya Muhammad Izdiyan Muttaqin, wassalamu’alaikum wr wb.    









1 Nov 2023

Hancurnya Pasukan Gabungan Persia, Romawi dan Arab: Peristiwa Firadh

Hancurnya Pasukan Gabungan Persia, Romawi dan Arab: Peristiwa Firadh


Salah satu perang paling besar di dalam sejarah. Dalam perang ini umat islam berhadapan dengan pasukan gabungan dari Kekaisaran Bizantium, Kekaisaran Persia, dan bangsa Arab, yang bersatu dalam satu pasukan. Setelah sebelumnya mereka dikalahkan oleh Umat islam dalam beberapa peperangan yang berbeda. Mereka pun kemudian berkumpul dalam sebuah pasukan yang sangat besar. Jumlah mereka mencapai seratus lima puluh ribu prajurit. Semua dilengkapi dengan persenjataan lengkap dan paling modern pada masanya. Pasukan besar itu bergabung dan menyatu di bawah satu bendera, dengan satu tujuan, yaitu memusnahkan Umat Islam. namun Allah SWT menurunkan azab kepada orang-orang Persia, ,Bizantium, dan Arab tersebut, sehingga Mereka pun dihinakan dengan kekalahan. nantinya merekalah yang dimusnahkan oleh Saifullah pedang Allah Khalid bin Walid dan para pasukan muslim. Hingga nantinya tidak tersisa satu prajurit pun yang hidup dari pasukan besar tersebut. Inilah Perang Firadh (Firaz). 

Setelah Khalid bin Walid berhasil menguasai wilayah Barat Iraq, menguasai Hiroh, dan beberapa kota lainnya, penduduk Iraq pun mulai menerima keberadaan Umat Islam. Dan seluruh wilayah antara Hiroh dan Madain pun akhirnya tunduk kepada Pemerintahan islam. Namun masih ada wilayah di bagian barat Iraq yang belum dikuasai Umat Islam, yaitu bagian utara dari wilayah Hiroh. Maka Khalid bin Walid pun memutuskan untuk bergerak ke arah utara. Untuk mengamankan posisi kiri dari Umat Islam. Sebelum nantinya Umat Islam akan bergerak ke Madain, Ibu Kota kekaisaran Persia. Sebagaimana pesan Abu Bakar As-Shiddiq, jangan kalian masuk ke Iraq, dan di belakang kalian ada benteng-benteng yang belum kalian taklukkan. Maka Khalid bin Walid pun memutuskan untuk bergerak maju untuk menaklukkan kota besar lainnya, yaitu Al-Anbar. Kota Anbar dipimpin oleh Syirzad. Dia dianggap sebagai tokoh paling cerdas di Anbar. Syirzad adalah seorang pemimpin yang bijaksana dan pintar. Pasukan penyerangan yang dikirim Khalid bin Wallid dipimpin oleh Al-Aqro bin Habis. Al-Aqro’ terkenal sebagai sosok yang kurang sabar, dan keras, Ketika Al-Aqro’ tiba di Al-Anbar, Al-Aqro’ pun kaget saat melihat bahwa Al-Anbar adalah sebuah kota yang besar yang dilindungi di dalam benteng dan dikelilingi oleh parit. Kota An-Anbar dihuni oleh orang-orang Persia dan Arab. Orang-orang kota Al-Anbar berdiri di atas benteng sambil melihat pasukan muslim, dan seolah-olah orang-orang Al-Anbar menantang pasukan muslim dan tidak takut kepada pasukan muslim yang mengepung mereka. Al-Aqra’ bin Habis pun mulai marah, dia berniat memasukkan rasa takut di dalam hati orang-orang kafir. Maka Al-Aqro’ pun memerintahkan pasukannya untuk melemparkan panah ke arah benteng Al-Anbar. 1000 orang pasukan muslim pun melemparkan anak-anak panah mereka. Mereka pun diperintahkan untuk menembak ke arah mata orang-orang kafir. maka pasukan muslim pun menembakkan 1000 anak panah, Maka anak-anak panah itu pun mengenai mata orang-orang kafir. Ini menunjukkan kemampuan memanah orang-orang muslim yang sangat tinggi. Maka orang-orang Kafir pun berteriak, mata orang-orang Anbar tercongkel. Karena itu peristiwa penaklukkan Anbar biasa disebut dengan zatu uyun. uyun adalah jamak dari ain yang artinya mata. Maka tujuan Aqro’ bin Habis pun tercapai. orang-orang Anbar pun mulai ketakutan. Syirzad pun segera mengirimkan utusan kepada Khalid bin Walid, meminta damai, sebagai gantinya Syirzad menawarkan harta kepada khalid bin Walid. Namun Khalid bin Walid menolak tawaran Syirzad. Khalid bin Walid pun memerintahkan orang-orang muslim untuk bersiap-siap melakukan penyerangan. Orang-orang muslim pun menyembelih unta-unta yang sudah lemah dan melemparkannya ke parit, sehingga mereka bisa berjalan melewati parit dan mendekati benteng Anbar. Maka orang-orang muslim pun masuk ke dalam benteng dan terjadi peperangan yang sangat sengit antara pasukan Anbar dan Pasukan Muslim. Jatuhlah ribuan korban dari pihak Persia. Ketika Syirzad melihat pasukannya dikalahkan dalam waktu singkat, dia pun menyerah. Syirzad pun menawarkan harta sebagai tanda damai kepada Khalid bin Walid. Khalid bin Walid pun menolak dan mengatakan, tawaran seperti itu mungkin bisa diterima sebelum kami menguasai benteng kalian dan mengalahkan pasukan kalian. Syirzad pun memberikan tawaran lain, Syirzad memutuskan untuk menyerahkan benteng dan kota Anbar kepada pasukan muslim, sedangkan Syirzad dan pasukannya pergi meninggalkan kota Al-Anbar menuju kota Al-Madain tanpa membawa barang apa pun. Khalid bin Walid pun menyetujui tawaran tersebut. Maka Syirzad dan pasukannya pun meninggalkan kota Al-Anbar dan menyerahkan kota tersebut kepada Umat Islam, sedangkan Syirzad dan pasukannya pergi ke Al-Madain tanpa membawa barang apa pun, untuk menyelamatkan nyawa mereka. Khalid bin Walid pun menyerahkan Kota Al-Anbar kepada Zabarqan bin Badr, dan Zabarqan bin Badr pun diangkat sebagai Gubernur di Anbar. Sementara itu Khalid bin Walid bersama pasukannya bergerak menuju benteng Ainuttamr. Di benteng Ainuttamr terdapat pasukan besar yang dipimpin oleh Mahran bin Bahran dan juga terdapat pasukan besar dari kalangan orang Arab di bawah pimpinan Aqqah bin Aqqah. Aqqah pun meminta kepada Mahran untuk membiarkan orang Arab memerangi orang-orang muslim. Karena mereka adalah orang-orang Arab seperti mereka, dan mereka lebih mengetahui teknik-teknik perang orang Arab. Mahran pun langsung menyetujui tawaran tersebut. Mahran pun mengatakan, kabari kami jika kalian membutuhkan pasukan bantuan atau persenjataan. kami akan langsung mengirimkan bantuan kepada kalian. Namun para pengikut Mahran menyalahkan Mahran atas keputusan tersebut. Mahran pun mengatakan, keputusanku adalah yang terbaik untuk kalian. Jika orang-orang Arab menang maka itu adalah kemenangan bagi kita, dan jika orang-orang muslim yang menang, orang-orang muslim akan kelelahan dan kita akan mampu mengalahkan mereka dengan lebih mudah. Hal ini menunjukkan bahwa orang-orang Persia ternyata masih menyimpan rasa permusuhan kepada orang-orang Arab. Meskipun di permukaan mereka nampaknya bersahabat dengan orang-orang Arab. 

Maka pasukan Arab pun bergerak di bawah pimpinan Aqqah bin Abi Aqqah untuk menghadapi pasukan musllim. Kedua pasukan pun saling berhadapan, Khalid bin Walid pun memandang Aqqah bin Abi Aqqah, kemudian dia meluncur seperti anak panah dan menarik Aqqah bin Abi Aqqah. Aqqah bin Abi Aqqah pun ditarik seperti hewan ternak oleh khalid bin Walid. orang-orang kaifr pun kaget melihat pemimpin mereka ditarik seperti hewan ternak. rasa takut pun muncul di dalam hati orang-orang kafir. maka ketika mereka melihat keberanian orang-orang muslim yang luar biasa, semangat orang-orang kafir pun menurun. Mereka pun kabur dan berlari menuju benteng Ainuttamr, untuk meminta bantuan orang-orang Persia. Namun orang-orang Arab tersebut kaget, melihat benteng Ainuttamr dalam keadaan kosong. Ternyata Mahran dan pasukannya telah meninggalkan benteng dan kabur meninggalklan mereka menuju Madain. orang-orang Arab pun bingung dan bersedih karena dikhianati oleh orang-orang Persia. orang-orang Arab yang ketakutan akhirnya menyerah dan meminta damai kepada saifullah Khalid bin Walid. Namun Khalid bin Walid menolak tawaran damai tersebut, karena Khalid menyaksikan bahwa orang-orang Arab kafir selalu melanggar perjanjian dengan orang-orang Muslim, hal ini terjadi berkali-kali, dan ujung-ujungnya orang-orang kafir Arab tersebut kembali membantu pasukan Persia memerangi orang-orang Muslim. Maka Khalid bin Walid pun bersumpah untuk menebaskan pedang di leher mereka agar mereka benar-benar berhenti membantu para penyembah api. orang-orang Arab menyadari bahwa mereka tidak mampu memerangi Khalid bin Walid, maka mereka pun benar-benar pasrah dan menyerahkan diri mereka kepada pasukan musllim. Namun Khalid bin Walid menolak untuk memaafkan mereka. Khalid bin Walid pun memutuskan untuk mengeksekusi Aqqah bin Abi Aqqah, Dieksekusi pula pasukan yang keluar bersamanya untuk memerangi Umat Islam. Sedangkan orang-orang Arab yang berada di benteng dimaafkan dengan syarat mereka tidak membantu pasukan persia lagi untuk selama-lamanya. Dengan demikian pasukan muslim berhasil membuaka dua benteng, Anbar dan Aainuttamr hanya dalam waktu 11 hari saja. wilayah utara dari kota Hiroh seolah berguncang karena serangan-serangan pasukan muslim. setelah itu Khalid bin Walid dan pasukannya pun kembali ke Hiroh, markas Khalid bin Walid. Kala itu Khalid bin Walid mempersiapkan untuk sebuah peristiwa penting, yaitu penaklukan Al-Madain. 

namun setelah itu datang Katib Iyyadh bin Ganam meminta pasukan bantuan. kala itu Katib Iyyadh bin Ghanam mengepung kota Dumatul Jandal atas perintah Khalifah Abu Bakar As-Shiddiq. Namun Ketika Katib Iyyadh bin Ghanam sedang berada di dekat Dumatul Jandal, pasukan muslim yang dipimpin Iyadh bin Ghanam didatangi oleh ribuan orang-orang kaifr, mereka adalah pasukan Arab dari kalangan Bani Tamim dan Kalb, dan orang-orang Ghasasinah. Ghasasinah merupakan kerajaan Arab yang tunduk kepada Kekaisaran Arab Bizantium. Maka setelah mendengar kabar tersebut, Khalid bin Walid bersama 6000 orang prajurit pun segera bergerak menuju Dumatul Jandal, setelah menitipkan kepemimpinan di Iraq kepada Al-Qo’qo’ bin Amru At-Tamimi, dibantu oleh Mutsanna Ibnu Haritsah. Pasukan Kafir Arab di Dumatul Jandal dipimpin oleh dua orang, yaitu Akdir bin Abdul Malik, dan Judi Ibnu Robi’ah. Namun Akdir enggan untuk memerangi Khalid bin Walid dia mengatakan kepada Kaumnya, aku tidak akan mengarahkan kalian memerangi Khalid bin Walid, pasukan apa pun yang melawan khalid, sedikit atau banyak, akan dia hancurkan. Maka Akdir pun kabur melarikan diri keluar dari benteng. Namun pergerakan Akdir terlihat oleh pasukan muslim, dan dilaporkan kepada Khalid bin Walid. Khalid bin Walid pun mengutus pasukan dibawah pimpinan Ashim At-Tamimi untuk mengejar Akdir bin Abdil Malik. Maka Akdir pun berhasil ditangkap dan dibawa ke hadapan Khalid bin walid. Khalid bin Walid pun langsung mengeksekusi Akdir bin Abdul Malik saat itu juga, karena dia membatalkan bai’at atau sumpah setia kepada Rasulullah SAW, dan hukumannya ialah eksekusi mati. 

Setelah Pasukan muslim pun bergerak mendekati benteng untuk membuka benteng tersebut. Pasukan kafir pun keluar dari benteng. Terdapat beberapa ribu pasukan di dalam benteng tersebut. Khalid bin Walid kemudian membagi pasukannya menjadi dua bagian. Pasukan Iyadh bin Ghanam mengepung bentengi bagian Utara, dan pasukan Khalid bin Walid mengepung pasukan dari selatan. Pasukan kafir yang telah keluar benteng kemudian mulai menyerang pasukan muslim yang dipimpin Iyadh bin Ghanam, maka terjadilah perang yang sangat dahsyat antara pasukan Iyadh bin Ghanam dan pasukan kafir. Dengan izin Allah pasukan muslim mampu mengalahkan pasukan kafir. Sejumlah besar pasukan kafir tewas dan sebagian menjadi tawanan pasukan muslim. Sedangkan di bagian selatan, Khalid bin Walid membagi pasukannya menjadi dua bagian, kelompok pertama dari pasukannya bergerak maju ke depan gerbang benteng, sedangkan kelompok kedua bersembunyi di belakang di tempat yang tidak terlihat oleh orang orang kafir. 

Ketika orang orang arab kafir melihat pasukan Khalid bin Walid mendekat, mereka menyangka bahwa pasukan muslim hanya itu saja, karena mereka mengira bahwa pasukan muslim yang datang jumlah nya sedikit, mereka pun langsung keluar dari benteng dan menyerang pasukan muslim. Khalid bin Walid pun memberikan aba-aba kepada pasukan yang bersembunyi di belakang nya untuk keluar, maka pasukan muslim pun berperang melawan pasukan kafir dengan kekuatan penuh. Pasukan kafir pun mulai kalah dan tertekan, hingga akhirnya sebagian pasukan kafir pun kabur kembali ke benteng, ratusan prajurit berhasil masuk ke benteng, dan sebagian yang lain tertinggal di luar karena pasukan kafir yang masuk ke dalam benteng mengunci gerbang benteng, karena takut terhadap pasukan muslim. Maka prajurit kafir yang berada di luar benteng pun mulai dihabisi satu demi satu, mereka harus berjuang menyelamatkan nyawa mereka sendiri setelah dikhianati oleh sebagian prajurit yang kabur ke dalam benteng. Ribuan pasukan kafir pun tewas, ratusan lainnya ditawan, dan pemimpin mereka Al-Judi Bin Amru, berhasil ditangkap dan dibawa ke hadapan Khalid bin Walid. 

Khalid bin Walid kemudian mengirimkan surat kepada pasukan kafir yang masih ada di benteng, Khalid bin Walid menyuruh para pasukan penjaga benteng untuk menyerahkan diri kepada pasukan muslim. Namun jawaban dari pasukan kafir sungguh di luar dugaan, pasukan kafir menolak untuk menyerahkan diri, dan mereka mengatakan bahwa mereka akan berjuang hingga tetes darah penghabisan. Khalid bin Walid pun marah dan memerintahkan untuk mengeksekusi semua tawanan yang berhasil ditangkap…

Namun orang orang muslim dari Bani Tamim memohon kepada Khalid bin Walid untuk tidak mengeksekusi orang orang Arab Kafir dari Bani Kalb karena Bani Tamim adalah sekutu Bani Kalb di masa Jahiliah. Namun Saifullah Almaslul, Pedang Allah yang keluar dari sarungnya, Khalid bin Walid berkata, apa hubunganku dengan kalian, masih saja kalian mengurus urusan jahiliah, dan kalian tidak mempedulikan urusan Umat Islam. Ashim Ibnu Amru At-Tamimi kemudian berusaha menengahi dan berkata, bukan wahai Khalid, tapi kita menjaga urusan Islam, sesungguhnya Bani Kalb adalah orang-orang yang baik, aku ingin merangkul mereka agar mereka lepas dari rangkulan syetan, maka jangan kau bunuh mereka, dan kau kirim mereka ke neraka. Khalid bin Walid pun akhirnya memaafkan Bani Kalb karena mempertimbangkan pendapat Bani Tamim dan Ashim bin Amru. Namun Khalid bin Walid mengeksekusi mati pemimpin mereka, Al-Judi Ibnu Amru. 

Maka Khalid bin Walid pun bersiap-siap untuk menyerang dan membuka benteng Dumatul Jandal. pasukan muslim pun maju dengan kekuatan penuh, mereka pun mendobrak pintu dan kemudian pasukan muslim berhasil masuk ke dalam benteng. Pasukan muslim pun berjuang sekuat tenaga memerangi pasukan kafir yang ada di dalam benteng Dumatul Jandal, dan terjadi perang yang sangat sengit antara kedua pasukan, dan pada akhirnya pasukan kafir pun dapat dikalahkan, dan benteng Dumatul Jandal pun dapatt dikuasai sepenuhnya oleh Pasukan Muslim. Maka wilayah Dumatul Jandal pun dapat dikuasai, dan selanjutnya Khalid bin Walid meninggalkan pasukan yang kuat di Dumatul Jandal, sehingga kota tersebut tidak dapat dikuasai kembali oleh orang-orang Arab Kafir. 

Khalid bin Walid dan Iyadh kemudian bergerak menuju Hiroh, karena kondisi politik telah berubah drastis di tempat tersebut. Saat itu orang-orang Persia kembali mencoba untuk merapihkan barisan dan menyiapkan pasukan untuk menghancurkan pasukan muslim. orang-orang persia kembali bersekongkol dengan orang-orang Arab Kafir untuk bersaama-sama mengalahkan pasukan muslim, dan merebut kembali wilayah-wilayah yang telah dikuasai oleh Umat Muslim di bawah pimpinan Khalid bin Walid. Saat itu Pasukan Persia menyadari, bahwa jika kali ini mereka kalah, maka akan jatuhlah kota Madain, Ibu Kota dan pusat pemerintahan Kekaisaran Persia. Untuk itu Khalid bin Walid pun telah mempersiapkan dirinya untuk melanjutkan pertempuran selanjutnya melawan pasukan Kekaisaran Persia. 
saat Khalid bin Walid disibukkan dengan usaha penaklukan benteng Dumatul Jandal, Pemimpin Pasukan Persia, Bahmanjazawi mempersiapkan strategi untuk mengalahkan Khalid bin Walid. Strategi Bamanjazawi ialah dia membagi pasukan persia menjadi dua pasukan. Bahmanjazawi kemudian menguasai wilayah-wilayah Pedesaan Anbar yang sebelumnya jatuh ke tangan pasukan muslim, wilayah-wilayah pedesaan ini merupakan kawasan pertanian yang ada di antara kota Anbar dan Madain. Namun ternyata keputusan tersebut merupakan sebuah kesalahan besar. Karena hal ini membuat Pasukan Persia berada di tengah-tengah dua pasukan muslim, dan di waktu yang sama, keputusan tersebut membuat Kota Madain kosong tanpa pasukan penjaga. 

Hudzail bin Imron pemimpin Kabilah Arab di Masikh, dan Robiáh bin Bujair pemimpin Kabilah Arab di wilayah Tsaniy mengirimkan utusan kepada Bamanjazawi, mereka meminta bantuan Pasukan Persia untuk bersama-sama memerangi pasukan Muslim. mereka berniat untuk membalaskan dendam atas kematian Uqqoh bin Abi Uqqoh. Bahmanjazawi pun langsung menyetujui permintaan tersebut. Bahmanjazawi kemudian membagi pasukannya menjadi dua bagian, yang pertama di bawah pimpinan Rutbah, pasukan ini diperintahkan untuk bergerak menuju Hushaidah, yang merupakan jalur menuju wilayah pedesaan Iraq yang memiliki banyak makanan, dan barang siapa yang menguasai wilayah tersebut maka dia akan memiliki persediaan logistik selama berbulan-bulan lamanya. Sedangkan pasukan kedua dipimpin oleh Zurumhur, pasukan Zurumhur ini bergerak ke wilayah Khonafis untuk menguasai wilayah tersebut. wilayah tersebut juga merupakan wilayah pedesaan dan pertanian, wilayah ini dikuasai untuk mengemankan pasukan logistik di Madain. Agar Madain mampu bertahan untuk jangka waktu yang lama, jika nantinya dikepung oleh orang-orang Muslim. 

kabar tersebut kemudian sampai ke Penguasa Anbar, Az-Zuburqan. Az-Zuburqan kemudian mengabarkan kepada penguasa Iraq dari pemerintahan islam, yaitu Al-Qo’qo’, dan Al-Qo’qo’ kemudian mengirimkan kabar tersebut kepada Khalid bin Walid, Al-Qo’qo’ pun meminta Khalid bin Walid untuk kembali dari Daumatul Jandal secepatnya. Al-Qo’qo’ kemudian mengirimkan pasukan di bawah pimpinan A’bud bin Abi Fatki dia pun diperintahkan untuk mempertahankan wilayah Hushaidah, Al-Qo’qo’ juga mengirimkan pasukan di bawah pimpinan Urwah bin Ja’d Al-barqi dan Al-Qo’qo’ memerintahkannya untuk mempertahankan kota Khanafis. 

Ketika Rutbah dan Zurumhur melihat bahwa pasukan muslim sudah berjaga-jaga di kota Hushaidah dan Khanafis, mereka pun mundur dan tidak jadi menyerang kota-kota tersebut, dan menunggu perintah selanjutnya dari Bahmanjazawi. Hal ini tentu saja, memberikan kesempatan bagi Umat muslim untuk bersiap-siap menghadapi pertempuran selanjutnya melawan pasukan Persia. Ketika Khalid bin Walid tiba di Hiroh, pasukan muslim yang berada di Hiroh kaget melihat Pasukan Khalid bin Walid ditemani oleh Iyadh bin Ghanam, maka artinya pasukan muslim telah bertambah sebanyak 5000 prajurit. Khalid bin Walid pun memerintahkan pasukan Iyadh bin ghanam untuk menetap di Hiroh untuk melindungi Hiroh dari serangan orang-orang kafir Arab dan orang-orang Persia. Khalid bin Walid kemudian bergerak bersama pasukan yang sebelumnya menaklukkan Daumatul Jandal menuju Ainuttamr. Khalid bin Walid pun kemudian membagi pasukannya menjadi tiga kelompok. Setiap kelompok berisi 5000 prajurit. Kelompok pertama dipimpin oleh Al-Qo’qo’. Pasukan ini diperintahkan untuk menuju kota Hushaid dan bergabung dengan pasukan Hushaid bin Abi Fatki untuk menghadapi pasukan Persia yang dipimpin oleh Rutbah. Sedangkan pasukan yang kedua dipimpin oleh Abi Laila Ibnu Fatki pasukan ini diperintahkan untuk bergerak menuju Khanafis untuk bergabung dengan pasukan Urwah bin Ja’d Al-Barqi, untuk menghadapi psukan Zurumhur. Sedangkan pasukan ketiga di bawah komando Khalid bin Walid. Khalid bin walid pun menetap di Ainuttamr untuk menghadang serangan yang mungkin datang dari orang-orang Arab yang berkumpul di Al-Masikh dan Thariy. 

Ketika Al-Qo’qo’ tiba di Hushaida, dia pun mendapati bahwa di sana ada Ruzbah pemimpin pasukan Persia. Ruzbah datang ke Hushaid untuk membantu kawannya Zurumhur. Sedangkan di Khanafis, dia meninggalkan seorang pemimpin pasukan persia bernama Mahbuzan. Ketika kedua pasukan saling memandang, Al-Qo’qo’ pun maju ke depan dan menantang pemimpin pasukan Persia, Zurumhur untuk berduel. Kemudian Ushmah bin Abdillah, salah satu prajurit muhajirin yang terbaik, maju dan menantang Rusbah untuk berduel. Zurumhur akhir tewas dalam duel melawan Al-Qo’qo’. Sementara itu Usmah bin Abdillah juga berhasil menghabisi Ruzbah dalam duel. Maka dalam waktu singkat Pasukan Persia pun kehilangan pemimpin mereka. Pasukan Persia pun mulai kebingungan. Sementara itu Al-Qo’qo’ langsung memberikan aba-aba dan memerintahkan pasukan muslim untuk mulai melakukan penyerangan terhadap pasukan Persia. Maka terjadi peperangan yang sangat dahsyat antara kedua pasukan. Pasukan muslim pun berhasil mendesak pasukan persia, satu demi satu pasukan persia berguguran di tangan pasukan muslim. Jumlah pasukan Persia yang tewas dalam peristiwa tersebut diperkirakan mencapai ribuan orang. 

Ketika Abu Layla bin Fatki tiba di Khanafis, mereka mendapati bahwa kota tersebut telah kosong dari pasukan Persia. Mahbuzan dan pasukannya telah melarikan diri ke wilayah masikh, setelah dia mendengar tentang kekalahan Ruzbah dan Zurumhur di Hushaidah. Maka Mahbuzan pun bergabung dengan Hudzailah pemimpin Arab di Al-Mashikh. Maka setelah Pasukan Persia takluk di Hushaid dan Khanafis, pintu pun terbuka di hadapan Khalid bin Walid untuk membuka Kota Madain. Tetapi Khalid bin Walid tidak bergerak ke Madain, namun Khalid bin Walid menunda penyerangan Madain, karena Khalid bin Walid masih mengingat pesan Khalifah Abu Bakar As-Shiddiq, yang berpesan, jangan kalian masuk ke Madain selama masih ada benteng-benteng di sekitarnya yang masih dikuasai oleh musuh.

Khalid bin Walid pun memutuskan untuk menghabisi pasukan Arab di Kota Masikh dan Tsaniy. Khalid bin Walid pun memerintahkan Al-Qo’qo’ yang berada di Hushaid dan Abu laila yang berada di Khanafis untuk bergerak menuju Al-Masikh, untuk membantu Khalid bin Walid membuka kota tersebut. Khalid bin Walid pun menentukan waktu bagi mereka untuk berkumpul, yaitu di malam ke 28 bulan sya’ban, di tengah malam. Maka mereka semua pun hadir di waktu tersebut. Pasukan Muslim pun mendekati kota Al-Masikh saat penduduknya masih dalam keadaan lengah. Saat itu penduduk Al-Masikh masih terlelap dalam tidur mereka. Maka Khalid bin Walid pun menyerang kota Al-Masikh malam hari dari tiga tidak. di Setiap titik Khalid bin Walid menaruh salah satu pemimpin pasukannya. Pasukan muslim pun menyerang markas pasukan Arab dan Persia, dan tidak ada yang mampu kabur dari penyerangan tersebut, kecuali hanya sejumlah kecil dari pasukan musuh. Salah satu yang berehasil lolos ialah pemimpin pasukan Arab, Al-Hudzail bin Imron. dan salah satu korbannya ialah Abdul Uzza bin Abi Dirham. Ibnul Atsir mengatakan, bahwa Abdul uzza sebenarnya muslim, namun Khalid bin Walid membunuhnya. Maka kematitan Abdul Uzza dan Malik dan Nuwairah, yang juga sudah masuk islam namun dieksekusi oleh Khalid, dianggap sebagai salah satu sebab utama dicopotnya Khalid bin Walid oleh Umar bin Khattab dari jabatan pimpinan pasukan di Iraq dan Syam, meskipun tidak dapat dipungkiri bahwa Khalid memiliki kejeniusan yang luar biasa di dalam berperang. Namun beberapa kesalahan tersebut nampaknya menjadi pendorong khalifah Umar untuk mencopot Khalid bin Walid. 

Setelah Hudzail dan pasukannya kabur dari Al-Masikh, mereka kemudian bergerak menuju kota Tsaniy. Kota tersebut dikuasi oleh Robi’ah Ibnu Bujair. Khalid bin Walid pun bergerak bersama pasukannya ke Tsaniy, Khalid pun menyerang kota tersebut dan mengalahkan pasukan penjaga di dalam kota tersebut. Sebagian pasukan musuh pun ditawan, sementatra itu anak-anak dan perempuan tidak disakiti oleh pasukan muslim. Kemudian Khalid bin Walid mendengar bahwa orang-orang Arab berkumpul di Kota Zumail, kota tersebut berjarak perjalanan satu hari dari kota Tsaniy. namun saat itu orang-orang arab di Zumail belum mendengar tentang kekalahan orang-orang Arab di kota Tsaniy. Karena Khalid bin Walid mengepung kota Tsaniy dan menyerangnya, dan tidak ada satu orang pun yang lolos dari pengepungan tersebut, maka tidak ada satu pun dari penduduk Tsaniy yang dapat mengabarkan kabar pengepungan tersebut kepada dunia luar. 

Khalid bin Walid pun bergerak bersama pasukannya menuju Zumail. Khalid bin Walid selanjutnya melakukan penyerangan di malam hari secara mendadak saat penduduk Zumail masih lelap tertidur. maka Kota Zumail pun berhasil ditaklukkan dan dikuasai oleh pasukan muslim. Setelah itu datang kabar yang menyebutkan bahwa pasukan Arab telah berkumpul di sebuah kota yang dekat dengan Zumail, yaitu di kota Ridhob di bawah pimpinan Hilal bin Aqqah saudara dari Aqqah bin Aqqah. Dia ingin menghadapi pasukan muslim untuk membalaskan dendam atas kematian saudaranya di Ainuttamr. Khalid bin Walid pun bergerak menuju Ridhab, namun saat pasukan Khalid bin Walid telah tiba di Ridhab, khalid bin Walid mendapati bahwa kota Ridhab telah kosong dari pasukan Arab, karena ternyata pasukan Arab telah melarikan diri dan kabur keluar dari kota ridhab setelah mereka mendengar kabar kekalahan kawan-kawan mereka di kota Tsaniy dan Zumail. Maka pasukan muslim pun berhasil menguasai kota Ridhab tanpa peperangan. Namun yang perlu kita ketahui, ialah bahwa Ridhab, Tsaniy dan Zumail adalah kota-kota yang berada di bawah kerajaan Ghasasinah yang dilindungi oleh kekaisaran Bizantium, maka kemenangan-kemenangan umat Islam di tiga kota tersebut pun menyulut kemarahan orang-orang Romawi Bizantium. 

Orang-orang Romawi menyadari bahwa nantinya pasukan muslim akan datang ke pada mereka cepat atau lambat. pasukan romawi nampaknya juga menyadari bahwa pasukan musllim memiliki semangat juang dan kekuatan yang luar biasa. Maka orang-orang Romawi pun mengambil kesimpulan bahwa saat itu cara terbaik untuk menghentikan pergerakan orang muslim ialah dengan bekerjasama dengan orang-orang Persia, musuh bebuyutan mereka, untuk bersama-sama menghabisi pasukan muslim yang mengancam kekuasaan Romawi dan Persia di kawan mereka. Maka setelah itu Pasukan Persia, Pasukan Romawi, dan kabilah-kabilah Arab Kafir pun berkumpul seluruhnya di Kota Firadh untuk menggalang kekuatan demi menghabisi pasukan muslim yang dipimpin oleh Khalid bin Walid. Kala itu pasukan yang berhasil dikumpulkan ialah sejumlah lebih dari 100 ribu prajurit. 

Sebenarnya Khalid bin Walin ingin kembali ke Hiroh setelah mengamankan wilayah-wilayah di Iraq, untuk bersiap-siap membuka kota Madain. Namun ketika Khalid bin Walid mendengar kabar adanya pasukan gabungan yang besar yang terdiri dari bangsa Arab, Romawi, dan Persia, Khalid bin Walid bersama pasukannya pun segera bergerak menuju Firadh untuk menghadapi orang-orang Kafir, jumlah pasukan muslim kala itu sekitar 15.000 prajurit. Saat itu orang-orang kafir membuat markas di sisi timur dari sungai Eufrat, sementara orang-orang muslim membuat markas di sisi barat dari sungai Eufrat. Maka kedua pasukan tersebut pun saling mengawasi satu sama lain selama enam minggu lamanya. Pasukan gabungan Persia, Romawi, dan Arab pun mulai bosan menunggu, hingga akhirnya orang-orang persia mengutus utusan untuk berunding dengan orang-orang Muslim, utusaan tersebut berkata, pilihannya ialah dua, kami yang menyeberang, atau kalian yang menyeberang. Khalid bin Walid pun menjawab, kalian saja yang menyeberang. Maka orang persia pun mengatakan, kalau begitu minggirlah wahai khalid, kami akan menyeberang. Maka setelah itu pasukan khalid pun mundur untuk memberikan ruang kepada orang-orang kafir untuk menyeberang jembatan. Khalid bin Wallid pun menepati janjinya, pasukan muslilm tidak melakukan penyerangan selama pasukan persia dan romawi dan arab menyeberangi jembatan. Setelah itu kedua pasukan pun berbaris dan bersiap-siap untuk berperang, dan suara dentuman genderang perang pun dikumandangkan, dan perang pun dimulai. 

Orang-orang kafir pun segera melakukan penyerangan, mereka merasa percaya diri dan bangga dengan jumlah mereka yang besar. orang-orang muslim tidak gentar, Pasukan muslim pun maju ke depan menerjang pasukan gabungan orang-orang kafir. Maka sekitar 150 ribu prajurit kafir pun berperang dengan sengit melawan sekitar 15 ribu pasukan muslilm. Allah SWT pun menguatkan orang-orang muslim, sehingga mereka mampu menahan serangan dan gempuran orang-orang kafir. orang-orang kafir pun tidak mampu mendorong orang-orang muslim untuk mundur. pasukan muslim tetap dalam posisi mereka menahan setiap gempuran dan serangan yang datang dari pasukan kafir. Pasukan muslilm juga berhasil menghabisi pasukan kafir satu demi satu. Perang antara kedua pasukan ini, berlangsung dalam waktu cukup panjang. 

Saat khalid bin walid melihat bahwa kelelahan sudah tampak di wajah pasukan kafir, Khalid bin walid pun mengirim beberapa orang untuk bergerak ke belakangan pasukan kafir dan berjaga di dekat jembatan, agar tidak ada pasukan kafir yang berfikir untuk kabur melalui jembatan. Pasukan muslim berhasil menguasai keadaan, satu demi sau pasukan kafir berhasil dihabisi, dan jumlah pasukan kafir yang tewas dalam peristiwa tersebut diperkirakan mencapai ribuan orang. settelah pasukan kafir terdesak, pasukan kafir yang semakin terdesaak pun semakin lama semakin mundur, dan saat mereka berniat untuk kabur melaluli jembatan, mereka pun terkaget-kaget melihat settiap jembatan telah dijaga oleh orang-orang muslim untuk mencegah kaburnya orang-orang kafir. maka orang-orang kafir pun tidak bisa lari dari pedang pasukan muslim, kecuali beberapa puluh orang yang berhasil kabur dengan berenang ke seberang sungai eufrat. pasukan muslim pun mengejar orang-orang kabur tersebut, maka orang-orang yang kabur tersebut pun diburu oleh pasukan muslim seperti sapi-sapi diburu oleh pemburu dalam referensi kia akan temukan bahwa yang tewas dari pasukan kafir ialah sekitar 100 ribu prajurit. maka pasukan persia, romawi, dan arab pun akhirnya takluk di hadapan pasukan muslim. 

demikianlah, saat orang-orang kafir telah bersatu padu untuk menghancurkan orang-orang muslim, Allah SWT pun menunjukkan kuasanya, justru orang-orang kafir yang akhirnya justru yang mengalami kehancuran dan kekayaan. Hal ini sejalan dengan firman Allah, yuriduna an yutfiú nurollahu biafwahihim, wa ya’ballahu illa an yutimma nurohu ,walau karihal kafirun. mereka ingin memadamkan cahaya Allah dengan mulut mereka, tetapi Allah SWT menolak, kecuali untuk menyempurnakan cahanya meskipun orang-orang kafir tidak menyukainya.

Setelah pasukan muslim meraih kemenangan, Khalid bin Walild pun membagi pasukannya menjadi tiga bagian dan bergerak menuju Hiroh secara berurutan, Khalid bin Walid dan rombongannya berada di kelompok paling belakang. Saat itulah Khalid bin Walid tiba-tiba beregerak ke selatan sejauh 1.600 km menuju Mekkah. Khalid ingin melaksanakan ibadah haji sekaligus mensyukuri nikmat Allah berupa kemenangan-kemenangan yang Allah berikan dalam pertempuran-pertempuran melawan pasukan musuh. setelah melakukan ibadah haji dengan singkat, Khalid bin Walid pun pulang kembali ke Hiroh, dan Khalid bin Walid pun masuk ke Kota Hiroh tidak lama setelah pasukan di depannya masuk ke Hiroh. dengan demikian tidak banyak orang yang menyadari bahwa Khalid bin Walid baru saja menyelesaikan ibadah hajinya di Mekkah. kabar tentang khalid bin Walid yang melaksanakan haji ini didengan oleh Abu Bakar As-Shiddiq. Abu Bakar pun menyalahkan khalid atas keputusannya tersebut. Khalid bin Walid dianggap dapat membahayakan orang-orang muslim yang berada di Iraq, karena jika orang-orang kafir tahu bahwa Khalid bin Walid sedang berada di luar Iraq, maka bisa jadi pasukan kafir akan menyerang iraq secara mendadak, untuk memanfaakan ketidak hadiran Khalid di Iraq. namun untungnya hal tersebut tidak terjadi. 

pertempuran Firadh adalah pertempuran terakhir Khalid bin Walid sebelum beliau nantinya beliau diperinahkan oleh Khalifah Abu Bakar As-Shiddiq untuk bergerak menuju Syam. dan menaklukkan kota-kota Bizantium. Semoga Allah SWT merahmat saifullah almaslul, pedang Allah yang keluar dari sarungnya, Khalid bin Walid dan juga para sahabat yang telah berjuang dengan seluruh jiwa raga mereka untuk membela dan memenangkan agama islam di berbagai pertempuran, amin ya Robbal álamin, saya Mohammad Izdiyan Muttaqin, wassalamu’alaikum wr wb.  



Target dan Harapan

2 Hari Seminggu Senin-Kamis
Kegiatan Mingguan
20 Halaman Murojaah
Target Harian
1000 Kebaikan
Target kebaikan harian

Pendidikan

PM Gontor
2008
Muhammad
Nabi
Robert T Kiyosaki
Penulis
Will Peters
Developer

Contact

Talk to us

Anda dapat menghubungi Mohammad Izdiyan Muttaqin melalui beberapa cara berikut.

Address:

DD Ross Village 1 Blok E5 Jl. Tanjung, Rt 04 Rw 05 Padurenan, Kec. Gn. Sindur, Kabupaten Bogor, Jawa Barat 16340

Work Time:

Monday - Friday from 9am to 4pm

Phone:

+6281311448187

Flickr Images